Translate

Thursday 15 June 2017

Tafsir sila ke 4 Pancasila



Saya coba cari-cari penafsiran sila ke 4 dari Pancasila di google, rasanya belum mendapatkan penafsiran yang mantap sebagai mana yang saya pahami, bahkan ada yang beranggapan bahwa dengan sila ke 4 Pancasila tersebut masih terbuka penafsiran adanya kesesuaian dilakukannya pemilu presiden langsung oleh rakyat.


Mari kita diskusikan dan dapatkan penafsiran yang benar.


4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.


Tafsiran saya begini;


Kerakyatan yang dipimpin oleh ( seseorang yang terpilih atau hukum yang dihasilkan sebagai ) hikmat ( dari hasil ) kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan ( MPR, DPR RI / DPRD ).
( Hikmat kira kira berarti dampak dahsyat dari...atau manfaat istimewa dari....)


Jadi pemilihan kepala pemerintahan langsung oleh rakyat itu menyalahi pancasila, menyalahi Al Quran, dan menyalahi akal sehat, karana melibatkan banyak rakyat yang tidak tahu menahu, bahkan banyak dijejali paham " Stupidisme " ( pembodohan ), lalu disuruh memilih orang yang terbaik untuk jadi pemimpinnya.


Jadi, demokrasi pancasila yang benar adalah demokrasi yang dari masyarakat ke RT hingga ke Presiden tetap melibatkan " permusyawaratan dari perwakilan rakyat " tidak perlu partai .


Ternyata para pembuat konsep Indonesia dulu itu orang-orang cerdas.
Kekayaan alam yang melimpah, dasar negaranya Pancasila, seharusnya menjadi negara juara, jika tidak salah kaprah.
Wallahu'alam,


Ayo kaji sama,  benar gak pemahaman tersebut?


Semoga bermanfaat.

Monday 5 June 2017

Indonesia Raya

Suatu saat, di yutube, saya menyetel video Cak Nun (  Pak Emha Ainun Najib ). Dalam guyonannya beliau mengoreksi sebuah kalimat pada sya'ir lagu kebangsaan kita yaitu kalimat " Di sana lah aku berdiri, jadi pandu ibuku " yang dianggapnya tidak tepat, lalu guyonannya disambut gelak tawa pemirsa.

Saya ingin melanjutkan koreksi lebih jauh lagi mengingat lagu kebangsaan adalah hal yang sakral. Di dalamnya ada do'a, ada pengakuan, ada sumpah, ada tekad. Kalimat " Di sana lah aku berdiri, jadi pandu ibuku " bisa mengandung beberapa pengertian buruk, namun intinya menggambarkan bahwa jiwa kita jauh dari tanah Indonesia.

Karena lagu itu terus menerus dinyanyikan dengan khidmat oleh semua orang Indonesia, maka kenyataannya bangsaku jauh dari tanah Indonesia tinggal dua, tiga langkah lagi bisa terjwujud, apa lagi 17 Agustus akan berikrar lagi secara serempak, mau ???

Pantas saja pejabat banyak yang korupsi, Indonesia bangkrut gak masalah, Indonesia kan disana. Mereka selalu menyanyikan itu.

Pantas saja para politikus berani mengubah Undang-undang yang asalnya " Calon presiden harus orang Indonesia asli "  menjadi " Calon presiden harus orang Indonesia " itu bisa jadi karena memang jalurnya do'a itu, karena dengan demikian berarti mereka ridlo dipimpin oleh orang yang kecintaan terhadap bangsa dan negerinya diragukan, yang menjadi wni baru beberapa tahun misalnya. astagfirullah!

Jadi, saya harap para politikus pribumi, sanggup memperbaiki segalanya sehingga bangsaku tetap berdiri disini di Indonesia Raya, aamiin.

Wallahu'alam.
Semoga bermanfaat.