Apakah kita yakin bahwa shalat yang kita lakukan
sehari-hari itu sudah benar ?, maksudnya apakah sudah sesuai dengan yang
dimaksud dan dikehendaki Alloh dan Rosululloh Saw atau belum ?. Hal ini harus
menjadi perhatian bagi umat yang
mengharapkan ibadahnya benar-benar khusyu dan mendapat pahala yang
maksimal, karena nampaknya Rosululloh Saw pernah mensinyalir bahwa umatnya
banyak yang melakukan shalat dengan cara yang tidak sesuai dengan yang beliau
maksudkan sehingga diperkirakan nilai pahala umat yang shalat tersebut sedikit
sekali. Sabda Nabi Saw tersebut adalah sebagai berikut,
“ Sesungguhnya hamba itu akan melakukan
Shalat. Namun mereka tidak akan mendapatkan pahala kecuali
sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, seper enamnya, seperempatnya,
sepertiganya, atau separohnya “. ( HR Ibnu’l Mubarak, Abu Daud, Nasa’i )
Jika kita bicara masalah keyakinan,
nampaknya seseorang bisa menetapkan keyakinannya sendiri, sekalipun tidak
berdasarkan ilmu pengetahuan, terlepas dari kenyataan yang sebenarnya apakah
keyakinan itu benar atau salah. Sebagai contoh kita ungkap masalah yang sudah dibahas di postingan yang lalu yaitu mengenai harus dan tidak bolehnya membaca Al Fatihah di
belakang imam pada saat salat jahr, satu pihak merasa yakin bahwa harus membaca
Al Fatihah di belakang imam pada shalat jahr dengan mengabaikan pendapat
lainnya, sementara pihak lain pun merasa yakin pula dengan pendapatnya bahwa
pada shalat jahr ma’mum wajib mendengarkan bacaan imam dan tidak boleh membaca
apa-apa termasuk Al Fatihah .
Berbicara tentang shalat tetunya harus serta
merta dengan membicarakan khusyu. Sholat khusyu kurang lebih berarti serius atau
sungguh-sungguh dalam melaksanakannya, sehingga pada waktu shalat tersebut kita
bisa merasakan bahwa kita sedang menghadapi Alloh, kita sedang berkata-kata
atau berbisik-bisik memuji, memuja, dan
memohon segala sesuatu kepada Alloh, dan tentunya mengharapkan dikobulkannya apa-apa yang dimohonnya, kita lihat keterangan-keterangan berikut
ini;
“Peliharalah segala shalatmu dan peliharalah shalat wusta (
shalat yang diutamakan atau shalat pardu ) berdirilah untuk Alloh (
dalam shalatmu ) dengan khusyu “ ( Qs Albaqarah: 238 )
Sabda Rosululloh Saw;
“ Apabila seseorang dari pada kamu di dalam shalat maka sesungguhnya
( berarti ) ia berkata-kata kepada Tuhannya oleh karena itu janganlah ia
berludah ke depannya dan jangan ke kanannya tetapi kekirinya ke bawah kakinya “
( Mutafak Alaih )
“ Sesungguhnya orang yang sedang shalat itu sedang berbisik-bisik
dengan Tuhannya. Oleh karena itu hendaklah ia memperhatikan apa yang
dibisikkannya itu kepadaNya “ ( Malik dan Bukhari )
Dari Abi Hurairah , bahwa Nabi Saw. telah bersabda : “ Menguap itu
dari ( gangguan ) syaitan. Oleh karena
itu apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia tahan sedapat-dapatnya “
. Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dan ia tambah : di dalam shalat.
Sebuah hadits shahih:
“ Jika salah seorang di antara kamu merasa kantuk dalam shalat maka
tidurlah sampai hilang tidur darinya sebab bisa jadi ia hendak memohon ampunan
kepada Tuhannya tetapi malah justru memaki dirinya.”
Firman Alloh Swt:
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu shalat sedang kamu dalam keadaan
mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan……” ( Qs An Nisa: 43 )
" Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik ". ( Qs Al A'raaf : 56 )
" Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik ". ( Qs Al A'raaf : 56 )
Keterangan-keterangan tersebut di atas
nampak mengisyaratkan bahwa kalau kita sedang shalat itu jangan sampai kita berperilaku tidak sopan dan
tidak menyadari apa-apa yang diucapkan atau dibisikkan kepada Alloh Swt.
Sementara itu nampaknya sebagian besar umat Islam Indonesia ada kecenderungan
yang kuat pada kemungkinan tidak
menyadari atau tidak mengertinya apa yang dibacanya atau dibisikkanya kepada Tuhannya di waktu shalat karena perbedaan bahasa
keseharian dengan bahasa yang dipakai dalam shalat, bahkan ada kemungkinan
masih banyak umat yang tidak memperdulikan apa-apa isi dari bacaan shalat, maka
bisa jadi shalat itu tanpa hati dan pikiran, tanpa kekhusyuan dan kesungguhan,
ini bisa jadi sia-sia, sebab pada keterangan-keterangan di atas diperintahkan
jangan dulu shalat sebelum mengerti apa yang diucapkan, meskipun ada perbedaan
alasan.
Wallohu'alam
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment