Apakah perbedaan ( perselisihan ) paham itu rahmat atau sesat ?
Sering kita dengar ungkapan “ perbedaan umat itu adalah rahmat “ dimana sebagian orang mengungkapkan bahwa hal tersebut ada keterangannya berupa Hadits, akan tetapi sebenarnya banyak juga orang yang menentang ungkapan tersebut dan menyatakan ungkapan tersebut tidak benar dengan berbagai alasan.
Adapun alasan-alasan mereka yang menentang hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dikatakan bahwa hadits ” Perselisihan ( perbedaan paham ) umatku adalah rahmat ”itu tidak sah, bahkan batal karena hadits tersebut tidak ada sumbernya.
2. Sesungguhnya hadits itu disamping dhoif, juga menyalahi Al Qur’an karena banyak ayat yang melarang berselisih dalam agama, misalnya QS 8 Al Anfal: 46
“ Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, nanti kamu jadi lemah dan hilang kekuatanmu “.
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.
Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. ( QS 11 Huud: 118-119 ).
3. Tidak benar ada perselisihan atau perbedaan, karena haq ( kebenaran ) itu hanya satu, tidak mungkin dua pendapat yang bertentangan kedua-duanya benar.
Jika kita telaah, kalimat “ perbedaan atau perselisihan paham umatku adalah rahmat “ nampak bahwa kalimat tersebut bersifat informative dan tidak dituntut tindak lanjut suatu amalan ibadah yang sifatnya dilakukan dengan sengaja, seperti shalat sunnat misalnya, karena dianjurkan maka kita dapat melakukan shalat sunat tersebut lalu kita mengharapkan pahala kelak. Akan tetapi dengan keterangan tersebut di atas tidak bisa kemudian kita membuat perbedaan-perbedaan atau perselisihan paham untuk mendapatkan rahmat.
Dari argumen-argumen perdebatan di atas nampaknya kita mendapatkan titik terang untuk menengahi pendapat-pendapat tersebut yang biasanya jalan tengah itulah yang benar dan diterima oleh kedua belah pihak, yakni dengan memahaminya seolah-olah keterangan tersebut menginformasikan bahwa pada perbedaan atau perselisihan paham umat itu ada unsur rahmat dari Alloh Swt . Jika benar pada unsur perbedaan atau perselisihan paham umat itu ada atau mengandung unsur rahmat dari Alloh Swt , maka , tidak perlu diperdebatkan lagi apakah keterangan tersebut berasal dari Rosululloh Saw atau bukan , karena kita tidak perlu menentukan hukum apakah perbedaan atau perselisihan paham umat itu sunnat, atau wajib, atau haram.
Dengan mengabaikan apakah keterangan tersebut di atas itu dari Rosululloh atau bukan, mari kita telaah apakah dari perbedaan atau perselisihan paham umat itu ada atau mengandung unsur rahmat dari Alloh Swt atau tidak, untuk itu kita ibaratkan dengan suatu ilustrasi sebagai berikut:
Ada sebuah mesjid dengan sekelompok jamaahnya ( jamaah A ) dimana mereka melaksanakan setiap shalatnya dengan cara tertentu, kerena mereka merasa yakin bahwa menurut pemahamannya dari beberapa keterangan bahwa Rosululloh Saw mencontohkan shalat seperti shalatnya yang mereka lakukan . Kemudian mereka mengetahui bahwa di mesjid sebelahnya terdapat sekelompok jamaah ( jamaah B ) yang selalu melaksanakan shalatnya dengan cara yang berbeda dengan cara shalat yang biasa mereka lakukan .
Kemudian pada suatu kesempatan jamaah A berkunjung ke jamaah B untuk berdiskusi tentang cara shalat yang berbeda tersebut, tentunya dengan persiapan keterangan-keterangan yang mereka yakini kebenarannya, kemudian mereka saling mengemukakan pendapat dan saling berdebat. Pada saat berdebat , tentunya kedua belah pihak saling berpikir semampunya ( maka mereka berijtihad dan mendapat pahala ). Kemudian jika Alloh menghendaki, ada kemungkinan ditemukan suatu pemahaman yang lebih mendekati kebenaran di antara kedua paham yang berbeda tersebut ( berarti pahala dua bagi mereka ). Atau jika diantara kedua paham tersebut salah satunya sudah benar, maka ada kemungkinan salah satu kelompok jamaah mendapatkan ilmu yang benar dan terhindar dari kesesatan, dan fihak lain telah berdakwah dengan ilmu yang benar pula serta mengangkat umat dari kesesatan, maka diantara mereka berlimpah pahala. Lalu apakah yang demikian bukan rahmat ?.
Kiranya hal sepertri demikianlah yang dimaksudkan dengan ungkapan “ perbedaan atau perselisihan paham umatku adalah rahmat “. Dan nampaknya kejadian seperti demikian hanya akan terjadi di antara orang-orang yang diberi rahmat yakni kesabaran, tawakal, dan berilmu, sebagai mana firman Alloh pada QS 11 Huud : 118 – 119
“ …tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu “.
Akan lain ceritanya jika hal tersebut terjadi diantara orang-orang yang tidak mendapatkan rahmat, yakni kepada orang-orang yang selalu berdebat dengan emosinya, yang selalu bersikukuh mempertahankan pendapat atau pendiriannya dengan tidak mempergunakan akalnya sedikitpun untuk mencerna pendapat orang lain, dan mereka menolak mentah-mentah pendapat orang lain dan menganggap dirinya paling benar.
Yang kemudian menjadi hal yang sangat memprihatinkan adalah terbentuknya kelompok-kelompok atas dasar perbedaan pemahaman ajaran Islam .Dan membiarkan kelompoknya berbeda ajaran Islamnya dengan orang lain. Maka kondisi demikianlah nampaknya yang dikatakan bahwa “ perselisihan atau perbedaan paham umat adalah sesat “. Karena seperti diungkapkan di muka bahwa yang haq itu satu, dan tidak mungkin dua pendapat yang bertentangan dua-duanya benar. Oleh karena itu maka harus ada upaya yang bersifat terus-menerus dari setiap umat untuk mempersatukan paham-paham yang ada.
Firman Alloh SWT, QS Ali Imron :103 :
“ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali ( Agama ) Alloh dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu ( masa jahiliyah ) bermusuh-musuhan maka Alloh menjinakkan antara hatimu, menjadilah kamu karena ni’mat Alloh orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk “.
QS Ali Imron : 105
“ Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat “
QS ArRuum : 31 & 32
dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
Kita harus menjadikan Al Qur’an ini sebagai pelajaran, oleh karena itu jangan umat Islam ini terpecah-pecah hanya karena perbedaan pemahaman, sebab jelas sekali bagai mana konsep Islam dalam menghadapi perbedaan paham . Kita lihat firman Alloh Swt berikut ini:
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya ( terserah ) kepada Alloh ( yang mempunyai sifat-sifat demikian ) itulah Alloh Tuhanku, kepadaNyalah aku bertawakal dan kepadanyalah aku kembali “. (QS Asy Syura: 10 )
Dengan ayat-ayat tersebut jelas sekali bahwa perselisihan paham jangan kemudian ditindak lanjuti dengan pengelompokan umat sekalipun perselisihan paham itu sampai menemui jalan buntu dan belum ada titik temu, serahkan saja putusannya kepada Alloh dengan tetap tidak membentuk kelompok-kelompok agar suatu waktu ada kesempatan untuk dibicarakan lagi dan hal tersebut menjadi rahmat sehingga ditemukan yang haq, meskipun pada kurun waktu yang tidak terbatas. Akan tetapi sebaliknya, dengan terjadinya pengelompokan umat kemungkinan perselisihan atau perbedaan paham umat menjadi rahmat itu akan tertutup, karena dengan pengelompokan tersebut tercipta suatu sekat atau jarak yang mengakibatkan umat menjadi saling enggan membicarakan perbedaan paham tersebut secara baik-baik dan hanya akan menimbulkan berbantah-bantahan yang terlarang.
Bahkan pada Qs Ar Ruum: 31 & 32 tersebut di atas, orang-orang yang memecah belah agama menjadi beberapa golongan dan membangga-banggakan apa yang ada pada golongannya tersebut dikatagorikan sebagai orang-orang musrik. Kenapa orang-orang tersebut dikatakan musrik padahal setiap golongan tetap menganggap Tuhannya satu ?. Jawabnya adalah, karena setiap golongan akan beranggapan bahwa Alloh Swt. akan berpihak pada golongannya, dan akan menghukum umat yang berbeda ajarannya dengan kelompoknya, maka jika Islam menjadi 72 golongan dimana setiap golongan meyakini bahwa Alloh Swt. berpihak pada golongannya maka bisa berarti bahwa Tuhan itu ada 72 Alloh, maka pantaslah jika mereka itu digolongkan sebagai kaum yang mempersekutukan Alloh, Wallohu a’lam
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa barang siapa yang mengatakan bahwa Islam saya berbeda dengan Islam orang lain, mesjid saya bukan mesjid jamaah lain, ustadz saya bukan ustadz jamaah lain, perhitungan 1 syawal saya berbeda dengan perhitungan 1 syawal jamaah lain, lalu jamaahnya memisahkan diri dari umat islam lain, maka dikhawatirkan bahwa ia adalah sesat. Wallohu a’lam.
Golongan yang masuk surga dari 73 golongan
Dengan keterangan-keterangan tersebut juga terkuaklah rahasia golongan mana yang masuk surga dari 73 golongan sebagaimana yang disebutkan dalam sabda nabi Saw sebagai berikut,
QS Ali Imron : 105
“ Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat “
Jika dalam Al Qur’an dikatakan “ jangan .melakukan sesuatu hal…” maka hal tersebut menjadi haram hukumnya jika dilakukan oleh umat, maka orang-orang yang melakukan cerai-berai berarti telah melakukan sesuatu hal yang haram, maka ia telah berdosa. Kemudian pada Qs Ar Ruum: 31 & 32 tersebut di atas, orang-orang yang memecah belah agama menjadi beberapa golongan dan membangga-banggakan apa yang ada pada golongannya tersebut dikatagorikan sebagai orang-orang musrik. Apakah orang musrik akan masuk surga ? tentu saja tidak. Jadi golongan yang akan masuk surga adalah orang-orang yang mengikuti ajaran Al Qur’an dan sunah Rosululloh Saw dan termasuk diantaranya tidak membentuk golongan Islam, dan tidak pernah mengakui adanya golongan-golongan dalam Islam itu sendiri, atau tidak pernah menghindarkan diri dari kelompok Islam manapun jika mereka membuat golongan-golongan Islam.
Walaupun sudah begitu jelasnya ancaman Alloh Swt dan ancaman Rosululloh Saw terhadap orang-orang yang memecah belah agama, namun tetap saja kelompok-kelompok agama tersebut dipertahankan dengan berbagai macam dalih pembenaran, dan dengan kelompoknya berangan-angan menjadi golongan yang satu, yang akan masuk surga.
Memang ada hadits yang dinilai sahih oleh pakar hadits Al Hakim, yang membuat ancaman atau larangan mengelompokkan agama tersebut menjadi samar. Yakni hadits riwayat dari Ibn an Najjar, dari Anas ra, bahwa Nabi bersabda ;
“ Umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh sekian kelompok, semuanya di surga kecuali az-Zanadiqah ( yang mengakui adanya dua tuhan ( musrik)).
Jika hadits ini benar-benar shahih, lalu apakah berarti Rosululloh Saw.plin plan ?, dan apakah umat yang mengelompokkan agama setelah dikatakan musrik pada Qs Ar Ruum : 31 & 32, kemudian akan masuk surga ? rasanya tidak demikian.
Menurut pemahaman penyusun, jika kedua hadits yang sepintas nampak bertentangan ini keduanya sahih dan berarti kedua keterangan tersebut pernah diucapkan Rosululloh Saw. maka berarti bahwa umat Rosululloh Saw. yang masuk neraka itu berkelompok-kelompok sebanyak 72 kelompok dan umat Rosululloh Saw. yang masuk surgapun berkelompok-kelompok sebanyak 70 sekian kelompok. Tentu saja kelompok-kelompok yang masuk neraka dan kelompok-kelompok yang masuk surga itu keduanya berbeda jenis atau motif pengelompokannya.
Jelas sekali kelompok-kelompok yang masuk neraka adalah kelompok-kelompok yang menggolongkan agama, karena mereka adalah termasuk musrik sebagaimana difirmankan Alloh Swt. di Qs Ar Ruum : 31 & 32 dan diisyaratkan oleh Rosululloh Saw.pada hadits tersebut di atas sebagai az – Zanadiqah.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa yang menggolongkan agama itu adalah orang-orang atau kelompok-kelompok yang mengatakan bahwa islam kami berbeda dengan islam umat lain, Shalat kami berbeda dengan Shalat umat lain, mesjid kami bukan mesjid umat lain, ustadz kami bukan ustadz jama’ah lain, perhitungan 1 syawal kami berbeda dengan perhitungan 1 syawal umat lain, dan lain-lain. Wallohu a’lam.
Dengan demikian kelompok-kelompok yang masuk surga bukanlah kolompok-kelompok seperti demikian. Lalu kelompok seperti apa ? memang belum diketemukan keterangan untuk hal ini, namun jika boleh mengira-ngira mungkin saja kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok-kelompok yang berperang di jalan Alloh, kelompok-kelompok yang bersama-sama memberantas kemaksiatan diseluruh kota misalnya, kelompok-kelompok yang bersama-sama berusaha menegakkan keadilan, kelompok-kelompok yang berusaha bersama-sama memilih pemimpin yang shaleh dan amanah, dan lain-lain. Wallohu a’lam.
No comments:
Post a Comment