Translate

Wednesday, 1 May 2013

Golput itu Nasionalis, golput itu agamis, golput itu Islami


 Tahun 2014 mendatang akan dilaksanakan pemilu. Di mana dalam pemilu tersebut akan dilakukan pemilihan calon anggota DPR dari Partai-partai, dan pemilihan presiden dari partai-partai juga, namun diperkirakan ada calon presiden independen. Padahal berulang kali Pak Mahpud MD mengungkapkan bahwa semua partai bermasalah ( korupsi ). Dan juga dalam setiap kampanye mereka selalu berjanji untuk memperbaiki Negara, namun nyatanya sebaliknya malah makin semerawut. Walaupun sejak dulu rakyat sudah tahu bahwa kondisinya demikian, namun rakyat masih tetap setia memilih partai-partai tersebut dengan dalih memilih yang terbaik dari yang buruk, seolah rakyat tidak punya daya dan upaya untuk memperbaikinya. Ini adalah suatu kekeliruan, karena semestinya demokrasi itu adalah rakyat yang menentukan.
Namun kemarin-kemarin nampaknya masyarakat Jawa Barat dan  Sumatra Utara mulai memperlihatkan gerakannya atas ketidak setujuannya dengan kondisi demokrasi Negara kita dengan sebuah bukti kemenangan GOLPUT dalam pemilihan gubernurnya. Namun sayang kondisi tersebut belum dijadikan sebagai barometer untuk perbaikan pada proses demokrasi berikutnya. Partai-partai masih menganggap hal tersebut merupakan hal sepele, dan optimis bahwa partainya masih akan mampu mendulang banyak suara di pemilu mendatang. Jika partai-partai tersebut mencoba berintrospeksi, kira-kira daya tarik apa yang dimiliki partai-partai yang diminati rakyatnya setelah diungkapkan oleh pak Mahpud di atas dan bermunculannya fakta–fakta negatif  mengenai prilaku anggota dewan yang tersebar di media masa ?, apakah fanatisme golongan islam masih efektif ?.
Seorang yang mencintai  Negara dan bangsanya, tentunya ia akan memiliki hasrat untuk memperbaiki kondisi tersebut. Dan seorang yang beragama, agama apapun, tentunya ia tidak akan mau mendukung partai yang korup sebelum mereka memperbaikinya. Tapi yang menjadi soal adalah bagaimana rakyat dapat memperbaikinya ?. Apakah dengan GOLPUT sebagaimana dilakukan sebagian masyarakat Jabar dan Masyarakat Sumut dapat memperbaiki keadaan?. Jika semua rakyat yang bukan anggota partai mengikuti langkah sebagian masyarakat Jabar dan masyarakat Sumut tersebut di pemilu mendatang ( GOLPUT ) DITAMBAH mengemukakan keinginannya  yang menjadi alasan GOLPUT, rasa-rasanya para penyelenggara Negara terpaksa harus meresponnya. Memang nampaknya GOLPUT adalah satu-satunya cara bagi rakyat untuk memperbaiki system politiknya, tentunya untuk memperbaiki negaranya. Dengan paham demikian maka “ Golput itu Nasionalis, golput itu agamis”. Namun sayang, jika kelak hasil pemilu diketahui bahwa GOLPUT mencapai 85 % misalnya, maka Negara akan menderita kerugian biaya pemilu, karena harus mengulang dengan nuansa politik baru.
Maka dari itu, jika berencana GOLPUT dan tidak merugikan Negara, maka secara serempak kaum GOLPUT harus menampakkan diri sebelum pemilu dilaksanakan dengan memasang bendera atau stiker di rumah atau di kendaraan miliknya. Bendera atau stikernya apa saja, misalnya tulisi saja GOLPUTer. Atau bahkan bisa membuat kesepakatan dengan memakai pakaian putih di setiap hari jum’at misalnya. Jika kaum  GOLPUT menampakkan jumlah yang mayoritas, diharapkan pemerintah aspiratif dengan merespon keinginan rakyatnya dan menyatakan kondisi Negara dalam keadaan darurat politik dengan menunda jadwal pemilu sampai para penyelenggara Negara berhasil memperbaiki partai-partainya.
Memang harus ada perwakilan kaum GOLPUT yang menjelaskan, kondisi bagaimana yang diharapkan untuk membangun system pemerintahan yang baik bagi kultur bangsa Indinesia. Rasanya jika kita perhatikan dari semua partai peserta pemilu yang sudah di syahkan KPU, semua memiliki visi dan misi yang sama, pasti menjanjikan hal-hal yang baik dan memperbaiki keadaan bagi rakyat, pasti banyak janjinya karena memang banyak hal dalam keadaan kondisinya kurang baik . Sementara  idiologinya dapat dipisahkan hanya menjadi 2 kelompok besar, yakni idiologi Pancasila Nasional, dan idiologi Pancasila Islami. Maka idealnya partai-partai tersebut dikerucutkan cukup menjadi 2 partai saja, yaitu partai berbasis Islam dan partai nasionalis. Satu partai pemerintahan dan satu partai oposisi. Tapi kayaknya ada yang mau usul menjadi 3 partai. Berarti tambah satu partai abu-abu, idiologinya tidak jalas, posisinya juga tidak jelas. Maaf, ini pendapat penulis, bukan mewakili kaum GOLPUT.
Jika hal demikian terjadi, sepertinya perbaikan kondisi pemerintahan dalam beberapa hal akan dapat terwujud. Misalnya kampanye tidak perlu jor-joran, tidak perlu politik uang, sebab dengan 2 idiologi tersebut akan menumbuhkan energy besar fanatisme calon pemilih yang mungkin tidak akan bisa dibeli. Jika partai pemerintah korup, maka partai oposisi siap menang dalam pemilu mendatang. Jika kedua partai tersebut memiliki cara seleksi calon anggota dewan yang benar, maka anggota dewan kita akan lebih bermutu, karena penempatan peringkat kwalitas individu calon anggota dewan lebih terorganisir. Mestinya tidak terjadi, jika orang-orang yang kalah dari seleksi yang benar kemudian keluar dari partai tersebut dan mendirikan partai baru. Jika itu terjadi maka partai yang baru itu pasti partai pecundang.
Jika rakyat tidak mengambil langkah, maka rakyat hanya akan menjadi objek ambisius orang-orang yang nampaknya sangat diragukan punya keinginan untuk memperbaiki negara yang korup dan semerawut  ini. Jangan-jangan mereka mendirikan dan mendukung KPK hanya untuk rival main petak umpet korupsi dan sekaligus meyakinkan rakyat saja . Jika memang para penyelenggara pemerintahan itu anti korupsi, kenapa tidak dibuatkan undang-undang kepartaian seperti berikut misalnya ” Partai yang pejabatnya terbukti melakukan tindak pidana korupsi tidak diikut sertakan pada pemilu mendatang atau dibubarkan“  karena memang menetapkan seorang pejabat partai atau pejabat pemerintah dari perwakilan partai adalah kebijakan kolektif anggota partai yang bersangkutan.  Dan tidak mustahil ia ditugaskan untuk mendapatkan dan mengambil kesempatan itu untuk dana keperluan partainya, Wallohu ‘alam  
Barangkali pembuatan undng-undang kepartaian tersebut dapat dijadikan sebagai tantangan seleksi alam terhadap keberadaan suatu partai. Kita amati, partai siapa saja yang pertama mengusahakan   dibuatnya undang-undang sejenis itu hingga dapat diberlakukan pada pemilu mendatang, maka pemilih sebaiknya memilih partai tersebut sebagai alternative. Jika partai itu partai islam dan partai tersebut terbebas dari jeratan undang-undang itu, maka umat Islam mendapatkan momen yang tepat untuk membentuk 1 partai Islam yang HALAL untuk didukung, Wallohu ‘alam .
Bagi umat Islam, Jika hanya ada 1 partai Islam yang tidak korup di Indonesi, maka itulah partai yang halal untuk didukung. Tapi jika ada partai Islam lebih dari satu walaupun tidak korup maka semua partai Islam tersebut tidak halal lagi untuk didukung, apalagi korup, karena mereka berarti memecah belah perjuangan umat, sebab berpecah - belah atau bercerai - berai adalah perbuatan yang dilarang menurut Al Qur’an.
, QS Ali Imron :103 :
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali ( Agama ) Alloh dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu ( masa jahiliyah ) bermusuh-musuhan maka Alloh menjinakkan antara hatimu, menjadilah kamu karena ni’mat Alloh orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk “. 
QS Ali Imron : 105
“ Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat “

QS ArRuum : 31 & 32
“ dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka . “

Jika demikian maka jelas bahwa GOLPUT itu Islami, Wallohu ‘alam

Penulis yakin bahwa para politikus handal yang sekarang menduduki kursi MPR/DPR itu sadar bahwa kalaupun partai-partai tersebut dikerucutkan menjadi 2 partai, mereka akan tetap menduduki kursi tersebut, karena memang mereka diperlukan. Karena itu sebaiknya para politisi handal tersebut memperlihatkan kemampuannya untuk mereformasi partai politiknya.

Sekian, semoga bermanfaat, amin .

No comments: