Translate

Monday, 25 July 2016

Shalat Khusyu 2




         Gambaran dan keterangan mengenai shalat khusyu telah dijelaskan pada postingan yang lalu, akan tetapi nampaknya keterangan dan penjelasannya kurang komplit karena Qs Al Maa’uun berikut menjelaskan sebagian dari ciri-ciri orang yang shalatnya tidak khusyu, coba kita perhatikan ayat demi ayat dari  Qs Al Maa’uun  tersebut:
A’udzu billaahi minasysyaithoonirrojiim, ( Bacalah Alfaatihah terlebih dahulu ! )
1.       Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2.       Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3.       dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4.       Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5.       (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6.       orang-orang yang berbuat ria.
7.       dan enggan (menolong dengan) barang berguna. 

         Pada ayat 5 dikatakan “(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, “ lalai dari shalat kan sama artinya dengan shalat yang tidak khusyu. Barangkali dalam shalat- shalat bersama Rosululloh Saw. Ayat-ayat yang mengenai keharusan memperhatikan anak yatim, menyantuni orang miskin dan saling membantu sesama yang membutuhkan sudah sering dibacakan ( dan mungkin Qs Al Maa’uun  tersebut sering pula dibacakan ), karenanya jika masih berperilaku bertentangan  dengan hal-hal tersebut dikatakannya sebagai lalai dari shalatnya.
          Menurut pemahaman penulis berdasarkan Qs Al Maa’uun  tersebut penilaian sifat sholat terhadap umat Islam di jaman Rosululloh Saw dibagi dalam 2 katagori yaitu antara khusyu dan riya,  artinya jika seseorang sholat tidak dengan khusyu maka dia riya, sementara bagi umat Islam Indonesia dan mungkin yang lainnya, penilaian sifat sholat terhadap umat dibagi dalam 3 katagori yaitu antara khusyu, riya dan bodoh atau tidak mengerti, karena masalah bahasa. Jadi kesimpulannya bahwa umat Islam itu diwajibkan sholat itu harus dengan khusyu. Kalau tidak berusaha khusyu maka ia dujuluki sebagai pendusta agama.
        Jadi, khusyu dalam shalat itu dibagi menjadi dua bagian. Pada postingan shalat khusyu yang lalu maksudnya khusyu dalam berkata-kata atau berbisik-bisik atau berhubungan kepada Alloh SWT, sedangkan QS Al Maa’uun memperingatkan agar khusyu dalam shalat ketika mendengarkan atau membacakan ayat-ayat Al Qur’an. Dan tentunya berusaha melaksanakan apa-apa yang diucapkannya dan didengarkannya.
        Dalam rangka mengamalkan ayat ke 3 Qs Al Maa’uun  tersebut penulis mengusulkan kepada teman-teman agar DKMnya menyediakan kas untuk fakir miskin agar umat tidak sungkan untuk saling menganjurkan memberi makan orang miskin karena ibadah yang disyari’atkan pada ayat tersebut bukan hanya memberi makan orang miskin tapi saling menganjurkan untuk memberi makan kepada orang miskin. Kemudian dana tersebut digunakan untuk memberi makan orang yang benar-benar tidak memiliki uang untuk makan pada suatu hari, tidak ada penghasilan yang menjanjikan untuk jaminan berutang.

Wallohu'alam
Semoga bermanfaat.

Sunday, 19 June 2016

Shalat Khusyu



Apakah kita yakin bahwa shalat yang kita lakukan sehari-hari itu sudah benar ?, maksudnya apakah sudah sesuai dengan yang dimaksud dan dikehendaki Alloh dan Rosululloh Saw atau belum ?. Hal ini harus menjadi perhatian bagi umat yang   mengharapkan ibadahnya benar-benar khusyu dan mendapat pahala yang maksimal, karena nampaknya Rosululloh Saw pernah mensinyalir bahwa umatnya banyak yang melakukan shalat dengan cara yang tidak sesuai dengan yang beliau maksudkan sehingga diperkirakan nilai pahala umat yang shalat tersebut sedikit sekali. Sabda Nabi Saw tersebut adalah sebagai berikut,

“ Sesungguhnya hamba itu akan melakukan Shalat. Namun mereka tidak akan mendapatkan pahala kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, seper enamnya, seperempatnya, sepertiganya, atau separohnya “.  (  HR Ibnu’l Mubarak, Abu Daud, Nasa’i ) 
    
Jika kita bicara masalah keyakinan, nampaknya seseorang bisa menetapkan keyakinannya sendiri, sekalipun tidak berdasarkan ilmu pengetahuan, terlepas dari kenyataan yang sebenarnya apakah keyakinan itu benar atau salah. Sebagai contoh kita ungkap masalah yang sudah dibahas di postingan yang lalu yaitu mengenai harus dan tidak bolehnya membaca Al Fatihah di belakang imam pada saat salat jahr, satu pihak merasa yakin bahwa harus membaca Al Fatihah di belakang imam pada shalat jahr dengan mengabaikan pendapat lainnya, sementara pihak lain pun merasa yakin pula dengan pendapatnya bahwa pada shalat jahr ma’mum wajib mendengarkan bacaan imam dan tidak boleh membaca apa-apa termasuk Al Fatihah .
Berbicara tentang shalat tetunya harus serta merta dengan membicarakan khusyu. Sholat khusyu kurang lebih berarti serius atau sungguh-sungguh dalam melaksanakannya, sehingga pada waktu shalat tersebut kita bisa merasakan bahwa kita sedang menghadapi Alloh, kita sedang berkata-kata atau berbisik-bisik  memuji, memuja, dan memohon segala sesuatu kepada Alloh, dan tentunya mengharapkan dikobulkannya apa-apa yang dimohonnya, kita lihat keterangan-keterangan berikut ini;

“Peliharalah segala shalatmu dan peliharalah shalat wusta  (  shalat yang diutamakan atau shalat pardu ) berdirilah untuk Alloh ( dalam shalatmu ) dengan khusyu “  (  Qs Albaqarah: 238 )

Sabda Rosululloh Saw;
“ Apabila seseorang dari pada kamu di dalam shalat maka sesungguhnya ( berarti ) ia berkata-kata kepada Tuhannya oleh karena itu janganlah ia berludah ke depannya dan jangan ke kanannya tetapi kekirinya ke bawah kakinya “ ( Mutafak Alaih )

“ Sesungguhnya orang yang sedang shalat itu sedang berbisik-bisik dengan Tuhannya. Oleh karena itu hendaklah ia memperhatikan apa yang dibisikkannya itu kepadaNya “ ( Malik dan Bukhari )

Dari Abi Hurairah , bahwa Nabi Saw. telah bersabda : “ Menguap itu dari  ( gangguan ) syaitan. Oleh karena itu apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia tahan sedapat-dapatnya “ . Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dan ia tambah : di dalam shalat.

Sebuah hadits shahih:

“ Jika salah seorang di antara kamu merasa kantuk dalam shalat maka tidurlah sampai hilang tidur darinya sebab bisa jadi ia hendak memohon ampunan kepada Tuhannya tetapi malah justru memaki dirinya.”

Firman Alloh Swt:
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu  dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan……”   ( Qs An Nisa: 43 )

 " Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik ". ( Qs Al A'raaf : 56 )

Keterangan-keterangan tersebut di atas nampak mengisyaratkan bahwa kalau kita sedang shalat itu jangan sampai kita berperilaku tidak sopan dan tidak menyadari apa-apa yang diucapkan atau dibisikkan kepada Alloh Swt. Sementara itu nampaknya sebagian besar umat Islam Indonesia ada kecenderungan yang kuat  pada kemungkinan tidak menyadari atau tidak mengertinya apa yang dibacanya atau dibisikkanya  kepada Tuhannya  di waktu shalat karena perbedaan bahasa keseharian dengan bahasa yang dipakai dalam shalat, bahkan ada kemungkinan masih banyak umat yang tidak memperdulikan apa-apa isi dari bacaan shalat, maka bisa jadi shalat itu tanpa hati dan pikiran, tanpa kekhusyuan dan kesungguhan, ini bisa jadi sia-sia, sebab pada keterangan-keterangan di atas diperintahkan jangan dulu shalat sebelum mengerti apa yang diucapkan, meskipun ada perbedaan alasan.
Wallohu'alam
Semoga bermanfaat

Monday, 18 April 2016

BINTANG SPIRAL






Bintang spiral 
Hasil pengambilan gambar pesawat ruang angkasa didapatkan gambar yang cukup Fenomenal, yaitu suatu gambar bintang yang membentuk spiral, yang banyak mengundang pertanyaan para ilmuwan mengenai apa penyebab terjadinya bentuk spiral pada bintang tersebut. Terutama jika keberadaan bintang tersebut dikait-kaitkan dengan teori fusi dalam pembangkitan enrgy cahaya dan panasnya, sepertinya tidak ada titik temunya.
            Padahal jika kita runut kepada sejarah awal mula pembentukan alam semesta bahwa semuanya berawal dari suatu yang padu kemudian Alloh Swt. pisahkan dengan ledakan Big bang.

Sebagaimana diterangkan dalam ayat Al Qur’an surat Al Anbiyaa : 30  difirmankan bahwa “….langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,  kemudian Kami pisahkan antara keduanya….. “.

Maka jelaslah bahwa inti  bintang spiral itu sama saja dengan inti matahari dan inti bumi. Materialnya sama, proses pembangkitan energy panas dan cahayanya sama. Yang berbeda hanyalah bentuk dan ukuran intinya yang merupakan puing pecahan Big-bang nya saja, di mana inti bintang spiral itu merupakan puing raksasa baja yang panjang dan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya bola besi yang merupakan material awal dari Big bang ( Menurut pemikiran penulis bahwa Big bang merupakan peristiwa meledaknya bola besi yang didalamnya gas bertekanan, dan puing-puingnya menjadi inti semua inti bintang, inti matahari, inti bintang spiral Dll ) . Karena inti bintang spiral tersebut bentunya yang lebar ( bukan bulat ) maka molekul-molekul gas panas dan memijar akibat gesekan dari putarannya seolah-olah dikibaskan secara melingkar ke luar lingkaran putarnya dengan baling-baling yang lebar tersebut. Maka terbentuklah pijar spiral seperti pada gambar di bawah. 

Balok di tengah adalah ilustrasi inti bintang spiral




 

Wallohu 'alam

Saturday, 17 October 2015

BERBAI'AT KEPADA SATU PEMIMPIN



Dengan dasar hadits-hadits berikut, nampaknya umat Islam Indonesia harus metmiliki kesadaran yang kuat bahwa kita harus membentuk satu kepemimpinan umat Islam.
 
“ Barangsiapa yang mati dan dilehernya tidak ada bai’at maka dia mati dalam keadaan jahiliyah.”         ( HR. Muslim, Ath Thabarani dalam Al Kabir, dari Muawiyah, Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra )

"Barangsiapa berjanji setia kpd seorang imam dan menyerahkan tangan dan yg disukai hatinya, maka hendaknya dia menaati imam tersebut menurut kemampuannya. Maka jika datang orang lain untuk menentangnya, maka putuslah ikatan yg lain tersebut" [Dikeluarkan oleh Muslim dan Abu Dawud dari Abdillah bin Amr bin Ash]

Dan banyak lagi hadits-hadits yg lainnya.

Ada beberapa kelompok umat yang berdalih mengamalkan hadits-hadits tersebut kemudian membentuk suatu kelompok dan membentuk sebuah kepemimpinan dengan tidak memperdulikan umat atau kelompok lainnya. Maka yang terjadi adalah membuat sebuah kelompok Islam walaupun sudah ada sebelumnya kelompok Islam yang lain. Maka yang terjadi adalah mengamalkan hadits tersebut di atas, tapi menentang Qs Ar Room: 31, 32 yang mengkatagorikan sebagai orang musrik kepada orang yang mengkelompok- kelompokkan umat. 

QS Ar Ruum : 31 & 32 

dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.  
   
 " Jika dibaiat dua orang khalifah maka perangilah yg terakhir dari keduanya" [Dikeluarkan oleh Muslim dan Abu Sa'id]
 
Hadits tersebutpun mengisyaratkan dilarangnya perpecahan umat, namun tidak juga berarti bahwa seorang imam yang diangkat oleh kelompok kecil, karena yang pertama lantas harus dinobatkan sebagai khalifah untuk umat yang lebih besar.
Al-Imam Al-Qurthubi berkata:"Adapun menegakkan dua atau tiga imam dalam satu masa dan dalam satu negeri, maka tdk diperbolehkan menurut ijma"

Maka yang seharusnya dilakukan adalah memilih dan mengangkat seorang pemimpin umat Islam yang disetujui oleh seluruh umat, walaupun tekniknya dipilih oleh perwakilan.
Sebagai orang biasa,  hanya cara inilah yang bisa dilakukan penulis dalam mengamalkan keterangan-keterangan tersebut. Akan tetapi ada orang-orang tertentu yang sangat bertanggung jawab untuk mewujudkan tuntunan Nabi Saw. dan tuntutan Alloh SWT tersebut di atas. Mereka adalah  orang-orang yang dianggap pemimpin oleh setiap kelompok umat Islam.
Umat Islam Indonesia telah abai terhadap hal tersebut secara berlarut-larut hingga kini, Maka, apakah  keadaan umat dan negara yang payah ini balasan dari Alloh Swt ?
Wallohu'alam
Semoga bermanfaat