Translate

Wednesday, 2 November 2016

Kenapa Alloh SWT merancang mimpi ?




Tulisan ini adalah satu naskah dengan tulisan yang lalu tentang mimpi....

Mimpi adalah suatu kejadian yang normal dan wajar bagi manusia dan mimpi bukanlah penyakit gangguan tidur. Jika mimpi diciptakan Alloh SWT sebagai suatu kewajaran, maka mimpi tersebut adalah merupakan bagian dari kesempurnaan manusia. Jika mimpi manusia memang sengaja diciptakan Alloh SWT maka besar kemungkinan mimpi manusia tersebut diciptakan untuk tujuan tertentu yang menyangkut kebutuhan hidup manusia, apakah untuk kesehatan manusia, keselamatan manusia, atau keperluan lain.  
Dalam hal ini saya punya pendapat bahwa mimpi diciptakan Alloh SWT sebagai sistem untuk menyelamatkan manusia dari gangguan-gangguan yang sifatnya akan merugikan manusia itu sendiri.  Dapat kita bayangkan bahwa manakala manusia sedang tidur lelap-lelapnya, manusia benar-benar dalam keadaan tidak berdaya, karena itu sebagai suatu rancangan yang sempurna sangat masuk akal jika Alloh SWT menciptakan suatu mekanisme yang dapat membangunkan manusia dari tidur manakala ada gangguan yang akan merugikan atau bahkan mengancam jiwa. Adapun yang menjadi alasannya sebagaimana sudah dijelaskan di postingan 7 mei 2011 lalu, mengenai kronologis terjadinya mimpi menurut pengalaman mimpi-mimpi saya, yaitu ketika tubuh kita mendapatkan rangsangan, saraf sensori menyampaikan impuls-impuls ke otak dan menimbulkan gelombang otak yang dapat meresonansi dan membangkitkan otak memori dan imajinasi sehingga terjadi mimpi, kemudian mimpi yang emosional memicu jantung berdetak lebih cepat dan keras, nafas lebih cepat, bahkan sampai menghentakkan anggota badan sehingga membuat gelombang otak lebih tinggi dan membangkitkan kesadaran. Jadi mimpi tersebut merupakan system alternative untuk membangunkan manusia dari  tidur apabila gelombang otak yang ditimbulkan oleh saraf sensori tidak mampu secara langsung membangkitkan otak sadar.
Misalnya dalam suatu tidur lelap manusia terjadilah banjir, lambat laun air naik hingga merendam kasurnya, tidak mustahil otak sadarnya tidak aktif oleh dinginnya air di kasurnya. Jika dipersamakan dengan sentuhan telapak tangan saya pada dada seseorang sebagaimana telah diceritakan di postingan 7 mei 2011 lalu, maka kira-kira tiga puluh detik kemudian ia akan mimpi, lalu membangunkan manusia tersebut sehingga dapat menghidarkan diri dari bahaya banjir itu. Atau misalnya terjadi suatu kebakaran di sekitarnya, sebelum terbakar, kulitnya akan merasakan hawa panas, jika otak sadarnya susah aktif, maka ia akan mimpi lalu membangkitkan otak sadarnya. Maka dari itu Rosululloh SAW menganjurkan dalam sabdanya agar meludah tiga kali manakala habis mendapatkan mimpi buruk;
”Mimpi baik berasal dari Allah. Jika salah seorang dari kalian melihat apa yang ia suka maka janganlah ia ceritakan mimpi tersebut kecuali kepada orang yang mencintainya saja. Dan jika ia melihat mimpi yang tidak ia sukai, maka hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan mimpi tersebut dan dari kejahatan syaithan, kemudian meludah tiga kali, dan janganlah ia ceritakan kepada siapapun. Sebab mimpi itu tidak akan mendatangkan kemudlaratan” (HR. Bukhari, ini adalah lafadh Bukhari).
Barangkali maksudnya dengan diharuskannya meludah tiga kali ,di harapkan agar orang yang mimpi tersebut bangkit dari tempat tidurnya sehingga benar-benar sadar dan dapat mengawasi lingkungan sekelilingnya jangan-jangan ada hal yang membahayakan.
 Akan tetapi dalam hal siapa yang ditolong dan siapa yang dibiarkan celaka pada suatu peristiwa, Alloh SWT lah yang maha berkehendak walaupun sistemnya telah diciptakan Alloh SWT pada setiap diri manusia. Oleh karena itu sebelum tidur mohonlah perlindungan kepada Alloh SWT dari segala marabahaya. Wallohu ‘alam.                                         
Mimpi juga diciptakan Alloh SWT sebagai jalan masuknya pemberitahuan secara langsung dari kekuatan gho’ib ke dalam otak manusia, apakah dari Alloh SWT sendiri melalui malaikat atau dari jin. Jadi bisa saja manusia diselamatkan dari marabahaya ketika tidur pulas melalui bimbingan langsung dari kekuatan gho’ib tersebut. Akan tetapi mungkin juga mahluk gho’ib yang bermaksud jahat mengganggu manusia. Adapun sebagai contoh dalam hal ini yaitu tentang mimpinya Nabi Ibrahim as dan mimpinya raja di jaman Nabi Yusuf as sebagai berikut,    
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesung- guhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapak- ku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".      (  QS Asyaaffaat : 102 )
 Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu jika kamu dapat menakbirkan mimpi."   ( QS Yusuf : 43   )                                               
Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: "Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)." ( QS Yusuf : 45 )
Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. ( QS Yusuf : 47 )
Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk mengha- dapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. ( QS Yusuf : 48  )
Selain dari pada itu saya juga punya pengalaman mimpi yang sifatnya misterius atau gho’ib, dimana waktu itu saya memimpikan bahwa orang tua yang berada di kota lain sedang ada masalah, kemudian saya pulang ke kota dimana orang tua berada, dan  ternyata memang orang tua saya sedang ada masalah, walaupun cerita mimpi tersebut berbeda dengan masalah yang terjadi.
 Dan pernah juga saya memimpikan dimana dalam mimpi tersebut anak laki-laki saya berdarah-darah di perutnya    ( sementara saya sedang berada di kota lain ), karena merasa penasaran dengan mimpi itu lalu keesokan harinya saya coba menelpon istri, ternyata anak yang saya mimpikan tersebut sedang sakit panas. Lihat juga mimpi-mimpi aneh saya di halaman-halaman awal.
Sangat wajar jika beranggapan bahwa mimpi-mimpi seperti demikian adalah merupakan campur tangan kekuatan alam gho’ib, karena memang cukup sulit untuk memahami kira-kira gejala fisika apa yang mampu membawa informasi dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain hingga menempuh jarak sejauh 120 km, apa mungkin melalui gelombang elektro- magnetik, sementara peneliti telah berspekulasi bahwa fungsi otak sepenuhnya hanya dapat menghasilkan sebanyak 10 watt daya listrik dan pada waktu itu otak bekerja pada kisaran gelombang otak 4 hingga 8 hz ?
Perkiraan saya, mimpi-mimpi tersebut  adalah merupakan campur tangan kekuatan alam gho’ib. Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa ketika otak  manusia sedang beraktivitas pada kisaran gelombang otak theta ( 4 – 8  hz), misalnya sedang mimpi, melamun, atau sedang mengingat-ingat sesuatu, maka pada saat itu kekuatan alam gho’ib sejenis persepsi , asumsi, imajinasi, informasi, halusinasi dan lain-lain bisa memasuki pikiran manusia tersebut, apakah itu dari Alloh SWT melalui malaikat, dari jin, atau juga dari iblis. Wllohu ‘alam .

Semoga bermanfaat.

Wednesday, 12 October 2016

Definisi bid'ah menurut U BARU ( bukan Ulama )

Saya sudah menyimak beberapa video  ceramah dan tulisan beberapa ustadz  yang topiknya membahas mengenai bid,ah, yang akhir2 ini mulai hangat lagi menjadi bahan bahasan para ahli agama islam yang cenderung bersifat mengkaji ulang batasan dan definisinya, walaupun sebagian ustadz lainnya masih mempertahankan pendapat para ulama yang lalu, yang mendefinisikan bid'ah adalah segala sesuatu ibadah yang tidak dicontohkan Rosululloh Saw. Sementara  contoh penambahan ibadah dalam shalat oleh sahabat yang tidak dibid'ahkan oleh Rasul, itu dianggap sebagai rangkaian turunnya wahyu. Berarti wahyu bisa turun kepada sahabat juga begitu ? Aneh bukan ?

Bahkan di yutube saya sempat memutar video debat masalah tahlilan dua tokoh ulama terkenal, namun sayangnya yang namanya debat jarang menyelesaikan permasalahan, demikian pula yang terjadi dalam video tersebut, mereka hanya saling mempertahankan pendapat ulama yang lalu yang memang sudah berbeda. Dan memang begitulah paham mereka, yang seolah belum layak mengeluarkan pendapat sendiri, sehingga dalam video lain salah satunya mengatakan bahwa mungkin orang seperti penulis mengemukakan pendapat ini dikatagorikan sebagai orang sombong, katanya " siapa elo...".

Padahal menurut pemikiran penulis para ulama lah seharusnya yang bertugas memikirkan dan mendiskusikan pendapat mana yang benar dari beberapa pendapat yang berbeda termasuk mencari alternatif pemikiran lain, jika memang pendapat2 yang ada tidak ada titik temu. Dan menyampaikannya kepada umat pendapat mana yang dianggap paling benar. 

Karena para ulama belum menyelesaikan perbedaan pendapat tersebut maka hingga kini masih terjadi pengelompokan umat yang terlarang. 
Memperhatikan keadaan tersebut, penulis yang bukan ulama atau mungkin penulis ini UBARU ya...he he he..., yang belajar agama tanpa guru yang kata orang berarti gurunya setan ( jika hasil belajarnya sesat iya, tapi jika hasil belajarnya benar berarti gurunya malaikat kali ya ? ) merasa tertarik untuk mencoba memikirkan masalah_masalah tersebut. 

Dengan ini penulis ingin mencoba memperjelas definisi bid'ah untuk melengkapi bahasan yang lalu.
Sabda Rasulullah kan begini " ...setiap bid'ah adalah sesat ". Yang biasa dikatakan sesat itu adalah jalan, arah tujuan atau pemahaman.   Maka jelas sekali bahwa yang dimaksud bid'ah adalah " paham baru yang bukan dari Nabi atau Al Quran " tidak ada barang baru dikatakan sesat, upaya ibadah yang baru bisa bid'ah bisa tidak, menuruti anjuran atau perilaku Nabi dan mengamalkan Al Quran pun bisa sunah bisa bid'ah, semuanya tergantung pemahamannya atau arah tujuannya. Semuanya itu akan dikategorikan bid'ah apabila pemahamannya tidak sejalan dengan paham Al Quran, sunah Nabi, Asma ul husna dan sifat_sifat Alloh Swt. Oleh karena itu manakala menemui perbuatan baru dalam shalatnya umat, Rasulullah menanyakan alasannya atau pemahamannya. Jadi tidak akan ada bid'ah yang baik. 

Adapun kata Umar bin Khattab yang menyatakan bid'ah yang baik mengenai shalat tarawih berjamaah, maka itu harus dikalahkan oleh sabda Nabi yang jelas. Berarti Umar bin khattab pun telah salah menafsirkan definisi bid'ah nya Nabi saw. Karena memang kalimat_kalimat Nabi itu selalu tidak mudah dipahami, dan penulis kira itu adalah sengaja sebagai ujian bagi umat. Sementara tarawih berjamaah tentunya bukan bid'ah.

Dengan mendefinisikan bid'ah secara demikian rasanya tidak ada sabda_sabda Nabi  Saw. lain yang saling bertentangan, hanya saja kiranya selama ini banyak ibadah yang tidak bid' ah yang di bid'ahkan, tetapi yang bid'ah dilakukan. Misalnya mengucapkan kata amin di belakang imam dengan suara nyaring sebagaimana suara Nabi sebagai imam. Kata amin makmum adalah do a, ( berdoa kepada Alloh harus dengan suara lembut, karena Alloh maha mendengar ) lalu apa maksud dan tujuannya suara nyaring itu ?. Sementara suara nyaring aminnya imam adalah sebagai doa dan komando, maka.......

Penulis tidak pernah berguru ke pesantren ataupun ke Universitas, maka tentunya penulis bukanlah seorang berilmu jika sekolah jadi standarnya, karenanya katanya fatwanya tidak usah didengar. Ya tidak apa_apa. 
Dibaca saja....
Wallahu 'alam

Semoga bermanfaat, amin

Wednesday, 3 August 2016

MEMBACA AL QUR'AN DENGAN TIDAK MENGERTI ARTINYA




Dalam beberapa blog dimuat sebuah kisah yang menggiring kepada pemahaman bahwa membaca Al Qur’an walaupun tidak mengerti apa yang dibacanya tetap bermanfaat dan berpahala.  

Kisah tersebut maksudnya menganalogikan bahwa membaca Al Qur’an walaupun tidak mengerti apa yang dibacanya tetap bermanfaat dan berpahala, seperti seorang cucu yang disuruh kakeknya mengambil air dengan  sebuah ember yang bolong-bolong dan kotor, walaupun diupayakan dengan berlari kencang tetap air tidak didapatkan karena bocor dan habis di jalan. Yang akhirnya sikakek menasihati cucunya dengan mengatakan bahwa walaupun tidak mendapatkan air tapi usaha si cucu tidak sia-sia karena ember yang tadinya kotor menjadi bersih, dan itulah ibaratnya membaca Al Qur'an dengan tidak tahu artinya.

Selain dari pada itu, pemahaman tersebut juga dilengkapi dengan keterangan-keterangan berikut:

Dari Abu Umamah Al-Bahili berkata, saya telah mendengar Rasulullah bersabda, "Bacalah Al-Qur`an!, maka sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai syafaat bagi ahlinya (HR Muslim)

Dari `Aisyah Radhiyallahu `Anha berkata, Rasulullah bersabda, "Orang yang membaca Al-Qur`an dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat (belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapat dua ganjaran." (HR Bukhari Muslim)

“Dari Abdullah Bin Mas’ud Ra. beliau berkata : Rasullah SAW bersabda: Barang siapa membaca satu huruf dari Al Qur’an maka ia dapat 1 pahala dan pahala itu akan digandakan 10 kali lipat, saya tidak mengatakan “ Alif Lam Mim “ itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf dan Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (H.R. Turmudzi)

Dijelaskan bahwa dalam keterangan-keterangan tersebut tidak nampak penekanan harus mengerti artinya , maka membacanya saja walaupun tidak mengerti artinya tetap bermanfaat dan berpahala. 
Banyak komentar pembaca membenarkannya.

Mari kita bandingkan pemahamannya dengan paparan berikut.

Perlu dipahami bahwa sabda-sabda Rosululloh Saw. tersebut ditujukan kepada sahabat yang sangat paham dengan bahasa Al Qur'an, jadi ketika sahabat disuruh membaca Al Qur'an dengan tartil ( perintah Alloh SWT ) maka sahabat akan mengerti apa yang dibacanya, maka jelas perintah, petunjuk, pelajaran dll, dari Al Qur'an akan terlintas di benaknya sekalipun bacanya terbata-bata.

Dengan disuruhnya ummat untuk membaca Al Qur'an sudah tentu tujuannya agar umat menjadi  pintar, maka jelas tidak ada maksud anjuran Rosululloh Saw. membaca Al Qur'an per huruf tanpa makna, misalnya membaca “ Alif Lam Mim “, “ Alif Lam Mim .....“, Jika ummat berlaku demikian maka ia tidak akan menjadi ummat yang pintar.

Maka, pemahaman penulis maksud dari balasan Alloh yang dihitung tiap huruf jika baca Al Qur'an  itu ada batas  minimalnya, yaitu apabila ummat membaca  Al Qur'an minimal menangkap sebuah pesan petunjuk, atau pelajaran, atau perintah  dll, baru akan mendapat balasan yang dihitung per huruf. Wallohu'alam.

Kisah sang cucu yang mengambil air dengan ember bolong-bolong itu sebenarnya menganalogikan seorang ummat yang melakukan amalan bid'ah, tujuannya mengambil air, caranya seperti petunjuk yang benar yaitu menggunakan ember, tapi embernya model baru yaitu bolong-bolong, maka tujuan utamanya seumur-umur tidak akan tercapai, hancurlah amalannya dan hanya mendapatkan manfaat yang jauh dari tujuan.

Hadits dari Abu Bakar Shiddiq ra. Ia berkata:
Rosul bersabda bahwa iblis berkata,” Aku membinasakan manusia dengan dosa, mereka membinasakanku dengan istighfar. Ketika aku melihat hal itu, aku binasakan mereka dengan keinginan melakukan pekerjaan bid’ah, agar mereka mengira mereka mendapat petunjuk yang benar, maka akibatnya mereka tidak memohon ampunan kepada Alloh”. ( HR Ibnu Abi Ashim ).

Petunjuk yang benar adalah senantiasa mengharapkan ampunan Alloh Swt.

Wallohu'alam
Semoga bermanfaat.

Monday, 25 July 2016

Shalat Khusyu 2




         Gambaran dan keterangan mengenai shalat khusyu telah dijelaskan pada postingan yang lalu, akan tetapi nampaknya keterangan dan penjelasannya kurang komplit karena Qs Al Maa’uun berikut menjelaskan sebagian dari ciri-ciri orang yang shalatnya tidak khusyu, coba kita perhatikan ayat demi ayat dari  Qs Al Maa’uun  tersebut:
A’udzu billaahi minasysyaithoonirrojiim, ( Bacalah Alfaatihah terlebih dahulu ! )
1.       Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2.       Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3.       dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4.       Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5.       (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6.       orang-orang yang berbuat ria.
7.       dan enggan (menolong dengan) barang berguna. 

         Pada ayat 5 dikatakan “(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, “ lalai dari shalat kan sama artinya dengan shalat yang tidak khusyu. Barangkali dalam shalat- shalat bersama Rosululloh Saw. Ayat-ayat yang mengenai keharusan memperhatikan anak yatim, menyantuni orang miskin dan saling membantu sesama yang membutuhkan sudah sering dibacakan ( dan mungkin Qs Al Maa’uun  tersebut sering pula dibacakan ), karenanya jika masih berperilaku bertentangan  dengan hal-hal tersebut dikatakannya sebagai lalai dari shalatnya.
          Menurut pemahaman penulis berdasarkan Qs Al Maa’uun  tersebut penilaian sifat sholat terhadap umat Islam di jaman Rosululloh Saw dibagi dalam 2 katagori yaitu antara khusyu dan riya,  artinya jika seseorang sholat tidak dengan khusyu maka dia riya, sementara bagi umat Islam Indonesia dan mungkin yang lainnya, penilaian sifat sholat terhadap umat dibagi dalam 3 katagori yaitu antara khusyu, riya dan bodoh atau tidak mengerti, karena masalah bahasa. Jadi kesimpulannya bahwa umat Islam itu diwajibkan sholat itu harus dengan khusyu. Kalau tidak berusaha khusyu maka ia dujuluki sebagai pendusta agama.
        Jadi, khusyu dalam shalat itu dibagi menjadi dua bagian. Pada postingan shalat khusyu yang lalu maksudnya khusyu dalam berkata-kata atau berbisik-bisik atau berhubungan kepada Alloh SWT, sedangkan QS Al Maa’uun memperingatkan agar khusyu dalam shalat ketika mendengarkan atau membacakan ayat-ayat Al Qur’an. Dan tentunya berusaha melaksanakan apa-apa yang diucapkannya dan didengarkannya.
        Dalam rangka mengamalkan ayat ke 3 Qs Al Maa’uun  tersebut penulis mengusulkan kepada teman-teman agar DKMnya menyediakan kas untuk fakir miskin agar umat tidak sungkan untuk saling menganjurkan memberi makan orang miskin karena ibadah yang disyari’atkan pada ayat tersebut bukan hanya memberi makan orang miskin tapi saling menganjurkan untuk memberi makan kepada orang miskin. Kemudian dana tersebut digunakan untuk memberi makan orang yang benar-benar tidak memiliki uang untuk makan pada suatu hari, tidak ada penghasilan yang menjanjikan untuk jaminan berutang.

Wallohu'alam
Semoga bermanfaat.

Sunday, 19 June 2016

Shalat Khusyu



Apakah kita yakin bahwa shalat yang kita lakukan sehari-hari itu sudah benar ?, maksudnya apakah sudah sesuai dengan yang dimaksud dan dikehendaki Alloh dan Rosululloh Saw atau belum ?. Hal ini harus menjadi perhatian bagi umat yang   mengharapkan ibadahnya benar-benar khusyu dan mendapat pahala yang maksimal, karena nampaknya Rosululloh Saw pernah mensinyalir bahwa umatnya banyak yang melakukan shalat dengan cara yang tidak sesuai dengan yang beliau maksudkan sehingga diperkirakan nilai pahala umat yang shalat tersebut sedikit sekali. Sabda Nabi Saw tersebut adalah sebagai berikut,

“ Sesungguhnya hamba itu akan melakukan Shalat. Namun mereka tidak akan mendapatkan pahala kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, seper enamnya, seperempatnya, sepertiganya, atau separohnya “.  (  HR Ibnu’l Mubarak, Abu Daud, Nasa’i ) 
    
Jika kita bicara masalah keyakinan, nampaknya seseorang bisa menetapkan keyakinannya sendiri, sekalipun tidak berdasarkan ilmu pengetahuan, terlepas dari kenyataan yang sebenarnya apakah keyakinan itu benar atau salah. Sebagai contoh kita ungkap masalah yang sudah dibahas di postingan yang lalu yaitu mengenai harus dan tidak bolehnya membaca Al Fatihah di belakang imam pada saat salat jahr, satu pihak merasa yakin bahwa harus membaca Al Fatihah di belakang imam pada shalat jahr dengan mengabaikan pendapat lainnya, sementara pihak lain pun merasa yakin pula dengan pendapatnya bahwa pada shalat jahr ma’mum wajib mendengarkan bacaan imam dan tidak boleh membaca apa-apa termasuk Al Fatihah .
Berbicara tentang shalat tetunya harus serta merta dengan membicarakan khusyu. Sholat khusyu kurang lebih berarti serius atau sungguh-sungguh dalam melaksanakannya, sehingga pada waktu shalat tersebut kita bisa merasakan bahwa kita sedang menghadapi Alloh, kita sedang berkata-kata atau berbisik-bisik  memuji, memuja, dan memohon segala sesuatu kepada Alloh, dan tentunya mengharapkan dikobulkannya apa-apa yang dimohonnya, kita lihat keterangan-keterangan berikut ini;

“Peliharalah segala shalatmu dan peliharalah shalat wusta  (  shalat yang diutamakan atau shalat pardu ) berdirilah untuk Alloh ( dalam shalatmu ) dengan khusyu “  (  Qs Albaqarah: 238 )

Sabda Rosululloh Saw;
“ Apabila seseorang dari pada kamu di dalam shalat maka sesungguhnya ( berarti ) ia berkata-kata kepada Tuhannya oleh karena itu janganlah ia berludah ke depannya dan jangan ke kanannya tetapi kekirinya ke bawah kakinya “ ( Mutafak Alaih )

“ Sesungguhnya orang yang sedang shalat itu sedang berbisik-bisik dengan Tuhannya. Oleh karena itu hendaklah ia memperhatikan apa yang dibisikkannya itu kepadaNya “ ( Malik dan Bukhari )

Dari Abi Hurairah , bahwa Nabi Saw. telah bersabda : “ Menguap itu dari  ( gangguan ) syaitan. Oleh karena itu apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia tahan sedapat-dapatnya “ . Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dan ia tambah : di dalam shalat.

Sebuah hadits shahih:

“ Jika salah seorang di antara kamu merasa kantuk dalam shalat maka tidurlah sampai hilang tidur darinya sebab bisa jadi ia hendak memohon ampunan kepada Tuhannya tetapi malah justru memaki dirinya.”

Firman Alloh Swt:
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu  dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan……”   ( Qs An Nisa: 43 )

 " Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik ". ( Qs Al A'raaf : 56 )

Keterangan-keterangan tersebut di atas nampak mengisyaratkan bahwa kalau kita sedang shalat itu jangan sampai kita berperilaku tidak sopan dan tidak menyadari apa-apa yang diucapkan atau dibisikkan kepada Alloh Swt. Sementara itu nampaknya sebagian besar umat Islam Indonesia ada kecenderungan yang kuat  pada kemungkinan tidak menyadari atau tidak mengertinya apa yang dibacanya atau dibisikkanya  kepada Tuhannya  di waktu shalat karena perbedaan bahasa keseharian dengan bahasa yang dipakai dalam shalat, bahkan ada kemungkinan masih banyak umat yang tidak memperdulikan apa-apa isi dari bacaan shalat, maka bisa jadi shalat itu tanpa hati dan pikiran, tanpa kekhusyuan dan kesungguhan, ini bisa jadi sia-sia, sebab pada keterangan-keterangan di atas diperintahkan jangan dulu shalat sebelum mengerti apa yang diucapkan, meskipun ada perbedaan alasan.
Wallohu'alam
Semoga bermanfaat