TIDAK USAH MERASA KECEWA ATAS KEGAGALAN HASIL KERJA KERAS KITA, AKAN TETAPI PERLU MEMBAYANGKAN KEKECEWAAN DI MASA MENDATANG KARENA KELALAIAN KITA SENDIRI SAAT INI
Translate
Wednesday, 6 February 2019
Kitab suci adalah fiksi ( Rocky Gerung )
Rocky Gerung ( RG ) sedang giat mempromosikan "akal sehat" dan menghentikan "kedunguan" itu kesan yang nampak dari orasi2 RG. Dalam suatu diskusinya beliau mengungkapkan pernyataan menghebohkan, beliau mengatakan bahwa kitab suci adalah fiksi. Kemudian karena ucapannya itu RG dilaporkan ke polisi dan beliaupun diperiksa polisi.
Memang tekad RG mempromosikan akal sehat dan menghentikan kedunguan itu baik.
Sekarang coba kita gunakan akal sehat. Dalam Al Qur'an dikatakan " Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya." QS. 'Ali `Imran [3] : 15
Akal normal tidak akan bisa membuktikan secara nyata, maka ini adalah fiksi. Dan ini adalah tujuan akhir dari manusia menurut ajaran Agama.
Walaupun ayat tersebut fiksi tapi kita meyakini bahwa ayat itu difirmankan oleh Alloh swt. Sehingga berkeyakinan bahwa itu akan benar2 terjadi.
Jika RG menyatakan bahwa fiksi itu karangan Nabi Muhammad Saw. Maka umat Islam wajib tersinggung. Tapi jika hanya menyatakan bahwa kitab suci itu fiksi, memang sebagian informasi dari Al Qur'an itu fiksi menurut logika normal,apa salahnya ? tapi tidak fiksi menurut logika tauhid umat Islam.
Sangat berbeda dengan pernyataan bahwa " Mereka adalah peramal masa depan.. ( bicara menyangkut akhirat ) ....padahal notabene tentu mereka sendiri belum pernah melihatnya " ini lebih jelas melecehkan keyakinan umat beragama dan kitabnya.
Wallohu a'lam
Semoga bermanfaat
Tuesday, 25 December 2018
TAKDIR, jadi presiden kehendak Alloh Swt.?
Dalam acara ILC seorang kiyai kondang mengungkapkan kalimat kurang-lebih begini, bahwa siapapun presiden yang terpilih adalah takdir dari Alloh Swt. Sudah ditentukan di lauhul mahfudz. Benarkah seperti itu?
Saya uji pemahaman tersebut dengan sejarah yang paling extrim.
Pada tahun 2001-2004. Yang menjadi presiden Indonesia adalah Ibu Megawati Sukarno putri.
Apakah itu Alloh yang mentakdirkan ? Apakah itu kehendak Alloh Swt?
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah dan...... ( Qs An Nisaa' : 34 )
" Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari)
malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia
berupa laki-laki), Kami pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini
mereka ragu. .” (QS. Al-An’aam: 9)
Diriwayatkan dari Abu Bakrah, katanya: Tatkala sampai berita kepada Rasulullah bahwa orang-orang Persia mengangkat raja puteri Kaisar, Beliau bersabda: Tidak akan pernah beruntung keadaan suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinannya pada seorang perempuan.” (HR. Bukhari, Turmudzi dan An-Nasa’i)
Dari keterangan tersebut di atas Alloh Swt. Berkehendak pemimpinnya orang Islam itu seorang laki-laki.
Lalu ibu Megawati jadi president itu kehendak siapa?
Jika ibu Megawati jadi president itu kehendak Alloh, maka berarti Alloh telah dholim kepada umat Islam indonesia bahkan dholim terhadap FirmanNya sendiri, Alloh itu maha pengasih dan penyayang, dan maha bijaksana, Wallahu a'lam
Ini adalah kekelliruan menafsirkan Takdir Alloh Swt.
Menurut pemahaman saya terpilihnya ibu Mega jadi presiden itu bukanlah kehendak Alloh Swt. tapi kehendak syaitan dan nafsunya bangsa Indonesia yang dibiarkan dan diazab oleh Alloh Swt., dosa atau kesalahannya jelas karena ( terutama ) demokrasinya tidak sesuai ajaran Al Qur'an dan sunnah, dan tentunya dosa-dosa yang lainnya.
Wallahu a'lam
semoga bermanfaat
Wednesday, 31 October 2018
Ormas Islam dan pembubaran HTI
" dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka ". ( QS Ar Ruum 31 - 32 )
"Yahudi
telah berpecah menjadi 71 golongan satu golongan di surga dan 70 golongan
dineraka. Dan Nashara telah berpecah belahmenjadi 72 golongan, 71 golongan di
neraka dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam
tangan-Nya ummatku ini pasti akan berpecah belah menjadi 73 golongan satu
golongan di surga dan72 golongan di neraka." Lalu beliau
ditanya:"Wahai Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab:
"Al Jamaah." ( Ibnu Majah )
Kita
tentunya mengenal kelompok atau golongan yang menamakan dirinya dengan sebutan Ormas
Islam NU, PERSIS, MUHAMMADIYAH, NII, LDII, HTI, Jamaah Islamiyah, dan
lain-lain. Mungkin pembaca adalah salah satu anggota dari salah satu golongan
tersebut. Bahkan mungkin pembaca terdaftar dan memiliki kartu anggota dari
salah satu golongan Ormas Islam tersebut. Pembaca mungkin masih bertanya-tanya,
apakah golongan atau Ormas Islam yang diikuti itu termasuk golongan-golongan
yang di musrikkan oleh ayat Qs Ar Ruum :
31 & 32 tersebut di atas?.
Memang
pembaca sangat wajar jika dalam benak terbersit pertanyaan demikian, karena
mungkin sebelumnya pembaca juga punya keyakinan bahwa kelompok atau golongan
yang diikuti tersebut pada posisi aman bahkan baik dan benar karena Organisasi yang
pembaca ikuti didirikan oleh para ulama besar yang tentunya memiliki ilmu pengetahuan
tentang Islam yang mumpuni.
Tapi
harus menjadi catatan bahwa siapapun manusia selain Rosululloh Saw. tidak
mustahil melakukan kesalahan dalam memahami ajaran Islam. Tidak mustahil pula
sekelompok jutaan orang dan para ulamanya sama-sama keliru memahami ajaran
Islamnya. Tentunya sangat mungkin juga penulis salah memahami menyangkut
apa-apa yang disampaikan ini, karena itu tetaplah cermati setiap ayat dari Al
Qur’an dan Hadits-hadits Rosululloh Saw. yang penulis sampaikan khususnya.
Kemungkinan-kemungkinan
yang dapat mengakibatkan ormas-ormas Islam tersebut menjadi kelompok yang
seolah-olah bukan termasuk golongan-golongan yang dimaksudkan oleh keterangan-keterangan hadits dan ayat Al
Qur’an tersebut di atas adalah ;
Kemungkinan
adanya penafsiran bahwa yang dimak - sudkan oleh ayat AlQur’an surat Ar Ruum :
31 & 32 tersebut di atas adalah golongan-golongan yang dinilai oleh
masyarakat luas sebagai aliran Islam yang dianggap sesat, misalnya aliran yang
memiliki Tuhan dan nabi baru, aliran yang memiliki kitab baru, aliran yang
hanya meyakini Al Quran saja sebagai pedoman beragama, dan lain-lain. Sementara
Ormas Islam tersebut di atas dianggap tidak termasuk golongan sesat, karena
masih berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits dan meyakini Alloh SWT sebagai Tuhannya.
Padahal jika kita perhatikan Al Qur’an surat Ar Ruum : 31 & 32 tersebut
tidak menerangkan bahwa yang dimaksudkan adalah golongan-golongan yang
melanggar ajaran Al Qur’an dan Rosululloh Saw. Demikian juga yang memiliki nabi
baru ataupun yang memiliki kitab baru, mereka bukan memecahbelah agama Islam
melainkan mereka membuat agama baru dan sudah bukan islam lagi, bukan umat
Rosululloh Saw. lagi.
Kemungkinan
lainnya adalah kita memiliki lembaga MUI yang telah diresmikan secara nasional pada
tahun 1970, yang mengaku sebagai wadah berkumpulnya para ulama dari berbagai
organisasi Islam di Indonesia. Ini menimbulkan kesan bahwa Islam di Indonesia
tidak bercerai berai karena para ulamanya tetap bersatu dalam satu wadah yaitu
MUI sehingga berarti pula ormas Islam tersebut bukan merupakan
golongan-golongan Islam .
Boleh
saja menilai bahwa para ulama dari ormas-ormas Islam manapun tidak bercerai
berai secara hubungan silaturahmi tapi dalam hal aqidah masing-masing ulama bisa
mengeluarkan fatwa-fatwa kepada golongannya masing-masing dan akan dituruti
oleh umatnya masing-masing secara terpisah-pisah sebagai mana sering terjadi
dalam menentukan hari raya Iedul fitri. Jadi menurut pendapat penulis
organisasi massa model demikian adalah termasuk golongan-golongan agama yang
ditegur oleh keterangan-keterangan tersebut di atas. Karena itu umat lebih baik
memposisikan diri kembali pada ajaran yang benar sesuai tuntunan Al Qur’an dan
Al Hadits.
Penulis menaruh
harapan kepada MUI untuk mengubah kodisi demikian, karena jika pemahaman
penulis ini benar, maka rasa-rasanya MUI lah yang memiliki kemampuan untuk mengambil alih tanggung
jawab untuk mengendalikan umat Islam Indonesia menjadi umat yang benar-benar
selamat dunia dan akhirat, wallohu ‘alam.
Untuk
membubarkan ormas Islam sebesar itu memang tidak mudah karena mereka punya
asset-aset perusahaan, sekolah-sekolah, rumah sakit, dan lain-lain yang begitu
banyak, tapi untuk memposisikan umat tersebut tidak harus membubarkan
ormas-ormas itu. jika MUI mau melakukannya rasa-rasanya ada beberapa cara yang
dapat di tempuh untuk memposisikan kembali umat menjadi umat yang satu yaitu :
1.
Untuk merubah sudut pandang umatnya terhadap ormas tersebut, nama ormas diganti
menjadi yayasan, misalnya Yayasan Muhammadiyah. Sehingga yang menjadi angotanya
adalah orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan asset-aset milik yayasan
yang bersangkutan, bukan umat yang hanya memegang kartu anggota dan karena kesamaan
ajarannya.
2.
Tidak ada fatwa-fatwa dari Yayasan-yayasan tersebut, fatwa dikoordinir dan
disebar luaskan oleh MUI.
3. Ketua MUI adalah pemimpin/ imam besar Umat Islam yang harus diturut fatwanya.
4. Diumumkan
bahwa kartu-kartu anggota ormas tidak berlaku lagi.
5. Tidak
ada lambang-lambang ormas islam lagi di mesjid-mesjid siapapun yang
membangunnya.
Memang
banyak cara untuk menyelesaikan perkara tersebut. Selain melalui jalur MUI
dapat pula dilakukan langsung menyadarkan umat itu sendiri melalui ustad-ustad,
atau penceramah-penceramah terkenal atau yang berpengaruh, atau penyebaran
buku-buku tentang hal tersebut, dll. Sehingga umat tidak lagi mengaku sebagai
anggota ormas tertentu, dan tidak menuruti fatwa-fatwa yang sifatnya
mengarahkan sekelompok umat saja. Jika memang pernah menuntut ilmu di sekolah
atau pesantren milik ormas tertentu, tidak perlu terus merasa menjadi golongan
ormas tersebut, malah perlu membandingkan ilmunya yang didapat dengan ilmu dari
sekolah atau pesantren lain sehingga jika ada ilmu yang ganjil bisa dikoreksi.
Jika
cara-cara tersebut berhasil, besar kemungkinan tidak akan ada lagi
golongan-golongan atau aliran-aliran sesat. Saya kira aliran sesat itu tumbuh
karena memang ada golongan-golongan agama itu sendiri. Sekelompok orang-orang
akan merasa sah-sah saja membentuk aliran agama atau ormas islam baru sejenis
NU, PERSIS, MUHAMMADIYAH dan lain-lain, sementara ajarannya sudah jelas akan
berbeda dengan aliran agama atau ormas islam yang sudah ada sebelumnya, sesat
atau tidak ajaran yang berbedanya itu, tentunya mereka akan punya alasan-alasan
pemahaman yang siap diperdebatkan secara logika. Sehingga mereka akan
mempertahankan keberadaan golongannya dengan logika pemahamannya sendiri.
Mengenai pembubaran HTI oleh pemerintah, menurut pemahaman saya adalah merupakan keberuntungan bagi umat HTI, dan jangan-jangan merupakan dosa besar bagi pihak-pihak yang membubarkannya. Karena bisa jadi semangat, pemahaman dan keimanan kelompoknya HTI lebih mencerminkan umat Islam yang kaffah dibandingkan umat Islam lainnya ( Wallohu'alam ). Akan tetapi kekaffahan tersebut gugur dengan membentuk nama kelompok HTI yang jelas-jelas menjadi golongan ke sekian yang akan masuk neraka ( jika tidak bertaubat atau tidak membuat umat Islam yang satu ), wallohu'alam.
Maka dari itu sekarang tularkan semangat, pemahaman dan keimanan sebagai sosok umat Islam yang kaffah dan berjuang mempersatukan umat tanpa nama organisasi yang jelas-jelas mengelompokkan umat dan merupakan strategi yang keliru untuk membangun umat yang satu. Semoga keberuntungan umat mantan HTI membawa berkah bagi seluruh umat Islam, aamiin...
wallohu ‘alam.
Mengenai pembubaran HTI oleh pemerintah, menurut pemahaman saya adalah merupakan keberuntungan bagi umat HTI, dan jangan-jangan merupakan dosa besar bagi pihak-pihak yang membubarkannya. Karena bisa jadi semangat, pemahaman dan keimanan kelompoknya HTI lebih mencerminkan umat Islam yang kaffah dibandingkan umat Islam lainnya ( Wallohu'alam ). Akan tetapi kekaffahan tersebut gugur dengan membentuk nama kelompok HTI yang jelas-jelas menjadi golongan ke sekian yang akan masuk neraka ( jika tidak bertaubat atau tidak membuat umat Islam yang satu ), wallohu'alam.
Maka dari itu sekarang tularkan semangat, pemahaman dan keimanan sebagai sosok umat Islam yang kaffah dan berjuang mempersatukan umat tanpa nama organisasi yang jelas-jelas mengelompokkan umat dan merupakan strategi yang keliru untuk membangun umat yang satu. Semoga keberuntungan umat mantan HTI membawa berkah bagi seluruh umat Islam, aamiin...
wallohu ‘alam.
Semoga bermanfaat.
Thursday, 2 August 2018
Tasyahud pakai Sayyidina ???
"Janganlah kamu jadikan panggilan rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih."
(QS. An-Nur 24: Ayat 63)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa umat Islam, ketika memanggil atau menyebut nama Rosululloh ( Muhammad, Ibraahim, dll. ) harus dibedakan dengan panggilan atau sebutan kepada orang lain yang sifatnya mengangkat derajatnya / lebih mulya dibandingkan dengan orang lain pada umumnya. Tapi tidak ditentukan apakah dengan menambahkan kata Rosululloh, Nabiyulloh, Sayyidina atau kata2 yang lainnya yang sifatnya memulyakannya.
Ketika Rosululloh mengajarkan bershalawat atas dirinya kepada seseorang, Rosululloh pun sama, tidak menentukan dengan kata tambahan apa untuk memulyakannya, kerena beliau mengikuti perintah Alloh Swt. berikut kutipan haditsnya,
Maka Beliau bersabda: “Ucapkanlah; “ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHOLLAITA ‘ALLA IBRAHIM WA ‘ALAA AALI IBRAHIM INNAKA HAMIDUN MAJID. ALLAHUMAA BAARIK ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ‘ALAA IBRAHIM WA ‘ALAA AALI IBRAHIM INAAKA HAMIDUN MAJID” (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia) “.l
Dengan pengajaran itu, sudah barang tentu Rosululloh Saw. tidak ada maksud agar umatnya melanggar perintah Alloh Swt. Sebagai mana firmannya pada ayat tersebut di atas.
Ada pendapat lain bahwa bacaan shalat itu harus saklek mengikuti perkataan Rosululloh Saw. Sehingga bersalawat dalam shalat tidak boleh ada tambahan Sayyidina karena nabi pun tidak mengatakannya. Mereka menggunakan dalil hadits berikut,
“Shalatlah kalian sebagaimana kamu sekalian melihat aku shalat.” (HR. al-Bukhari)
Mari kita ikuti sabda Nabi tersebut dengan saklek, coba baca hadits tersebut sekali lagi......
Yang harus benar- benar diikuti itu adalah yang dapat dilihat, do'a dan kata2 bukan dilihat tapi didengar, jadi hadits tersebut tidak bisa dijadikan dalil agar harus saklek mengikuti perkataan atau do'a Nabi, oleh karena itu, ketika ada orang yang membaca bacaan shalat yang berbeda dengan bacaan Nabi Saw. Nabi tidak menilai bid'ah atau menyalahkan.
Orang yang lebih pintar dari Nabi itu yang menyalahkan dan membid'ahkan...
Coba perhatikan hadits berikut,
Dari Abu Sholih, dari beberapa sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seseorang, "Doa apa yang engkau baca di dalam shalat?" "Aku membaca tahiyyat, lalu aku ucapkan " Ya Allah, aku memohon kepada Engkau Surga dan berlindung kepada Engkau dari api Neraka." "Aku sendiri tidak mengetahui apa yang engkau gumamkan begitu pula Mu'adz," jawab orang tersebut. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seputar itulah kami bergumam ( ketika berdoa )." ( HR Abu Daud )
Nampak jelas dari hadits tersebut bahwa Nabi Saw. tidak membatasi redaksi maupun materi do'a seseorang dalam shalatnya.
Wallahu'alam
Semoga bermanfaat, aamiin
Friday, 13 July 2018
Analisis Gunung Kilauea Hawaii
Di sekitar gunung Kilauea Hawaii bermunculan dan mengalir lava di antara retakan-retakan dan lubang-lubang tanah.
Jika itu dikatakan sebagai letusan gunung, saya kira pernyataan itu kurang tepat. Karena jelas sekali bahwa magma mengalir begitu saja tanpa ledakan atau letusan.
Jika dibaca lagi teori mengenai gunung dan bumi yang sudah saya posting waktu yang lalu, bahwa di bawah tanah sekeliling bumi ini seolah-olah mengalir deras cairan magma yang disebabkan keterlambatan transfer gaya putar dari setiap media yang berbeda.
Inti bumi berputar dengan kecepatan x rpm, maka material flasma berputar jauh lebih lambat, lalu flasma memutarkan magma lebih lambat lagi, kemudian magma memutarkan lapisan tanah lebih lambat. Lapisan tanah memutarkan atmosfer dan material udara yang kemudian memutarkan bulan mengitari bumi lebih lambat.
Magma yang berputar lebih cepat dari lapisan tanah inilah yang mengakibatkan seolah-olah magma di bawah tanah mengalir deras.
Dengan memperhatikan gambar ilustrasi bumi di atas maka kemungkinan kondisi yang terjadi di daerah gunung Kilauea Hawaii itu adalah sebagai akibat dari penurunan putaran inti bumi yang berdampak pada pengecilan diameter kulit bumi dan menimbulkan tanah Kilauea Hawaii turun dan belah-belah sehingga membuat aliran magma bocor menerobos lubang dan belahan-belahan tanah tersebut.
Kebocoran aliran magma tersebut tidak akan berhenti selama magma itu mengalir dan memenuhi area yang dialirinya. Kalau magma itu menumpuk dan beku dan menyumbat bocoran nya, barulah ia berhenti.
Karena magma yang selama ini menopang kestabilan lapisan tanah pindah ke bagian atas dan mengisi lekukan tanah yang rendah, maka jumlah cairan magma di dalam berkurang, daya topang terhadap lapisan tanah menurun lapisan tanah di lautan yang dialiri lava menebal, air laut meluap, maka pengecilan diameter bumi drastis mungkin akan terjadi, yang artinya kemungkinan akan terjadi gempa yang cukup dahsyat.
Gambar di bawah adalah ilustrasi perkiraan yang terjadi di tanah Hawaii.
Atau kadang kondisi di tempat lain seperti ini, ini persis seperti aliran air sungai deras menabrak batuan
Dan gambar ini adalah gambar lava yang mengalir deras hingga ke laut.Ini menunjukkan bahwa lubang tanah tersebut dibawah level tekanan dan turbulensi aliran magma, dan akan terus menerus seperti itu sampai tekanan dan turbulensi aliran magma menurun. Jangan jangan ini merupakan awal dari kehancuran bumi kita.
Wallohu'alam
Semoga bermanfaat.
Sunday, 27 May 2018
TAHLILAN bid'ah atau sunnah ?
Tuduhan bid'ah terhadap tahlilan saya kira wajar, tetapi wajar juga jika banyak umat menganggap tahlilan itu dapat menolong mayat, dan itu dianggap ibadah.
Nanti kita bandingkan dengan berjenggot dengan niat, maksud dan tujuannya bagaimana.
Tahlilan dirancang untuk menyelisihi atau mempertentangkan atau melawan atau menyaingi amalan atau budaya kaum non muslim di sekitarnya dengan / menjadi budaya atau amalan yang sesuai ajaran Islam. Maka pada awal nya Tahlilan adalah sunah nabi, jadi para wali yang merancang tahlilan bukan ahli bid'ah tapi samangat sunah, karena menyelisihi atau menentang suatu kaum non muslim dengan membedakan budayanya atau amalannya menjadi sesuai dengan ajaran Islam adalah semangatnya Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sama sebagaimana Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam menganjurkan memelihara jenggot untuk menyelisihi, atau pembeda atau menyaingi orang2 kafir di sekitarnya.
Nah, orang-orang sekarang menggelar tahlilan maksud dan tujuannya apa?
Niat, maksud dan tujuannya ( pahamnya ) inilah yang menjerumuskannya kepada bid'ah. ( Walaupun pada kenyataannya banyak praktek bid'ah dan menyalahi sunnah di dalamnya, mungkin telah terjadi perubahan acara pelaksanaannya dari yang diajarkan para wali dahulu, wallahu'alam. )
Jadi, kalau misalkan sepeninggal orang tua kita mengadakan tahlilan dengan gaya baru yang didalamnya tidak ada amalan bid'ah dan tidak menyalahi syariat, dengan niat, maksud dan tujuan menyaingi atau upaya memperbaiki tahlilan yang dianggap bid'ah, mendo'akan orang tua, menghibur keluarganya agar tidak meratapi kematian orang tuanya, dll. Maka itu bukanlah bid'ah, tapi sunah.
Jadi berjenggot panjang bagaimana ????? Silakan.....Wallahu 'alam
Semoga bermanfaat.
Nanti kita bandingkan dengan berjenggot dengan niat, maksud dan tujuannya bagaimana.
Tahlilan dirancang untuk menyelisihi atau mempertentangkan atau melawan atau menyaingi amalan atau budaya kaum non muslim di sekitarnya dengan / menjadi budaya atau amalan yang sesuai ajaran Islam. Maka pada awal nya Tahlilan adalah sunah nabi, jadi para wali yang merancang tahlilan bukan ahli bid'ah tapi samangat sunah, karena menyelisihi atau menentang suatu kaum non muslim dengan membedakan budayanya atau amalannya menjadi sesuai dengan ajaran Islam adalah semangatnya Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sama sebagaimana Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam menganjurkan memelihara jenggot untuk menyelisihi, atau pembeda atau menyaingi orang2 kafir di sekitarnya.
Nah, orang-orang sekarang menggelar tahlilan maksud dan tujuannya apa?
Niat, maksud dan tujuannya ( pahamnya ) inilah yang menjerumuskannya kepada bid'ah. ( Walaupun pada kenyataannya banyak praktek bid'ah dan menyalahi sunnah di dalamnya, mungkin telah terjadi perubahan acara pelaksanaannya dari yang diajarkan para wali dahulu, wallahu'alam. )
Jadi, kalau misalkan sepeninggal orang tua kita mengadakan tahlilan dengan gaya baru yang didalamnya tidak ada amalan bid'ah dan tidak menyalahi syariat, dengan niat, maksud dan tujuan menyaingi atau upaya memperbaiki tahlilan yang dianggap bid'ah, mendo'akan orang tua, menghibur keluarganya agar tidak meratapi kematian orang tuanya, dll. Maka itu bukanlah bid'ah, tapi sunah.
Jadi berjenggot panjang bagaimana ????? Silakan.....Wallahu 'alam
Semoga bermanfaat.
Friday, 24 November 2017
Definisi Bid'ah menurut U'Baru ( Bukan Ulama ) 2.
Mendefinisikan bid'ah dengan kalimat " perbuatan yang tidak dilakukan /tidak dicontohkan Rosululloh...." itu tidak salah, tapi terlalu benar, karena Rosululloh yang paham definisi bid'ah pastilah hal2 bid'ah itu tidak akan dilakukan.
Jadi, jika ber qunut di shalat subuh itu bid'ah tentunya Nabi tidak akan melakukannya walaupun hanya satu kali. Karena Nabi pun dilarang melakukan perbuatan bid'ah, jelas friend???
Untuk menilai suatu amalan bid'ah atau tidak tentunya harus dengan definisi yang benar sebagaimana yang dimaksud Rosululloh Saw. Jangan mikir sendiri, misalnya, ". bid'ah berasal dari kata...yang berarti...", rasanya tidak bisa demikian, karena suatu istilah yang asalnya dari kata atau dari benda apa saja akan berbeda arti dengan kata aslinya. atau " bid'ah menurut bahasa adalah.....sedang bid'ah menurut syari'ah adalah....." tidak bisa juga demikian, karena saya kira definisi bid'ah menurut Rosululloh Saw. itu hanya satu. Maka pikirkan apa-apa yang dikatakan Rosululloh Saw.untuk mendapatkan definisi yang paling mendekati kebenaran.
Di tulisan postingan yang lalu dituliskan bahwa yang dimaksud bid'ah adalah " paham baru yang bukan dari Nabi atau Al Quran " tidak ada barang baru dikatakan sesat, upaya ibadah yang baru bisa bid'ah bisa tidak, menuruti anjuran atau perilaku Nabi dan mengamalkan Al Qur'an pun bisa sunah bisa bid'ah, semuanya tergantung pemahamannya atau arah tujuannya. Semuanya itu akan dikategorikan bid'ah apabila pemahamannya tidak sejalan dengan paham Al Quran, sunah Nabi, Asma ul husna dan sifat_sifat Alloh Swt. Oleh karena itu manakala menemui perbuatan baru dalam shalatnya umat, Rasulullah menanyakan alasannya atau pemahamannya.
Kita pun harusnya begitu juga dalam menilai bid'ah tidaknya sebuah amalan ( tahu maksud dan tujuan amalan tersebut ),
Jangan sampai punya pikiran karena suatu amalan tertentu yang dilakukan ulama besar, hafidz Qur'an, hafal ratusan hadits lalu amalan pribadinya yang merupakan inisiatif sendiri dipastikan tidak bid'ah.
Pola pikir seperti itulah taqlid yang menyebar - luaskan bid'ah.
Jangankan amalan ulama besar, amalan Rosululloh saja jika dilakukan dengan menyimpang maksud dan tujuannya, itu jadi bid'ah, misalnya, Jika memahami bahwa ber qunut di shalat subuh itu wajib yang tidak boleh ditinggalkan, maka itu bid'ah.
Perhatikan pemahaman Hasan bin Athiyah di bawah ini,
Dari Hasan bin Athiyah berkata, “Tidaklah suatu kaum melakukan kebid’ahan dalam agamanya melainkan Allah akan mencabut Sunnah mereka yang semisalnya, kemudian Allah tidak mengembalikannya kepada mereka sampai hari kiamat” ( Dikeluarkan oleh ad-Darimi )
Contoh:
Dianjurkan baca Al Qur'an
Maksud dan tujuannya agar mendapatkan petunjuk, pelajaran, dll. ( Sunnah ).
Jika suatu kaum membaca Al Qur'an dengan maksud dan tujuan yang menyimpang dari itu maka bid'ah, bukan sunnah. Dengan demikian Sunnah sejenis yakni membaca Al Quran sesuai sunnah nabi akan hilang, yang ada mambaca Al Qur'an tanpa niatan untuk mendapatkan petunjuk, dan kemarin 2 sudah terjadi, sekarang sunnah mudah mudahan Alloh turunkan kembali , Insya Alloh, Alhamdulillah.
Wallohu'alam
Semoga bermanfaat.
Subscribe to:
Posts (Atom)