Translate

Wednesday, 31 May 2017

Negara Pancasila harga mati

Itu kalimat yang digembar-gemborkan pemerintah, akhir- akhir ini.


PANCASILA,
1. Ketuhanan yang maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima dasar negara tersebut harus dijiwai oleh semua orang, semua lembaga, semua organisasi.
Momen yang tepat sekarang ini pada  peringatan hari lahir Pancasila untuk saling mengingatkan agar tertanamnya jiwa pancasila pada setiap orang, semua lembaga, semua organisasi, dll. Terutama kepada pemerintah.

Bagus sekali jika pemerintah berinisiatif membubarkan Ormas yang bertentangan dengan Pancasila, tapi seharusnya pemerintah mawas diri, apakah pemerintahannya sudah dijalankan sesuai dengan Pancasila atau belum?

Saya menilai 2 sila saja, sila ke1.
Di Indonesia masih banyak orang atheis bahkan dulu-dulu masih teridentifikasi terutama ex PKI, selama ini tidak ada program pemerintah yang mengendalikan  mereka, kecuali mau memaafkan mereka. Mungkin bisa dimaafkan, jika sudah menganut salah satu agama tertentu. Jadi seharusnya pemerintah mengadakan program yang diwajibkan kepada mereka untuk menggiring mereka agar menganut salah satu agama.
Sila ke 4, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
Demokrasi sekarang bertentangan dengan sila tersebut, maka itu harus disesuaikan, jika tidak, maka siapa yang harus dibubarkan???
Wallahu'alam


Semoga bermanfaat

Thursday, 18 May 2017

BUBARKAN ORMAS yang mana ?

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.        ( Qs Ali Imran : 104 )

Jika ormas yang dibubarkan pemerintah itu merupakan kelompok “ yang menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar”  sehingga tidak ada lagi kelompok sejenis itu maka seluruh umat Islam Indonesi menanggung dosa, karena adanya kelompok tersebut merupakan pardu Kifayah.

Jika tidak ada kelompok “ yang menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar” sangat mungkin Alloh mengazab bangsa ini lebih kacau dari sekarang, karena kekacauan sekarangpun mungkin karena kelompok tersebut kurang besar, kurang kuat dan kurang keras. Misalnya belum memiliki kemampuan turut memberantas korupsi, belum mampu meyakinkan pemerintah manakala memberikan masukan bahwa ada aparat pemerintah yang berlaku salah, tidak adil, curang, dll. 

Jika pemerintah tidak peduli dengan ayat di atas, itu sama saja dengan meniadakan ayat tersebut, sama dengan menyembunyikan ayat, maka ancamannya;

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, ( Qs Al Baqarah : 159 )

Jika terjadi, lalu bagaimana ?, perbuatan itu setara dengan perbuatan yang digambarkan dalam ayat-ayat berikut,  


“ Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?,  Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?, Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?, Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan) “. ( QS Al Alaq: 9 – 19 )     

Bayangkan jika aparat pemerintahan sudah ditarik ubun-ubunnya, apakah pemerintahan akan dijalankan dengan rasio yang benar ?, jangan-jangan negara digadaikanpun tidak peduli, kaum pribumi di-Aborigin-kan pun tidak peduli.

Wallohu 'alam

Semoga bermanfaat

Thursday, 30 March 2017

Ahok menista Islam?

Di youtube, Metro tv menayangkan keterangan para pakar yang berusaha melogikai perkataan Ahok menyangkut penodaan  terhadap Islam, begitu rumit berbelit-belit. Itu menandakan bahwa perkataan Ahok itu sulit dibela untuk dibenarkan, sudah tidak ada lagi logika untuk membenarkan Ahok dalam hal itu, saya kira orang Islam anak SMU tidak lulus UN saja akan mengerti, apa lagi MUI.


Mungkin kalimat pembelaan yang bisa diterima yaitu bahwa Ahok tidak ada maksud atau niatan menghina Islam atau ulama.


Itu bisa jadi benar tapi mungkin juga tidak


Tapi analisa dengan pendekatan psikologi,  kalaupun tidak ada maksud dan niat untuk menodai Islam, itu Ahok katakan karena ambisinya dan arogansinya. Mungkin Ahok pikir setelah orang-orang diberikan sesuatu ia akan aman mengatakan apa saja, ia tahu banget watak mayoritas bangsa Indonesia, sekalipun bergelar ulama.


Wallahu'alam
Semoga bermanfaat.

Wednesday, 29 March 2017

BERMAZHAB haruskah ?

Mempelajari ISLAM dan hukum-hukumnya sebenarnya merupakan perkara yang rumit dan sulit, oleh karena itu para ulama berupaya keras untuk menyederhanakan pemahamannya, dan oleh karena itu pula umat Islam dan para ustadz mengharuskan agar mempelajari ISLAM itu berguru kepada para ulama dan bermazhab, dengan alasan agar mendapatkan ilmu yang sanadnya bersambung kepada Nabi. Bahkan sampai-sampai melarang mengambil kesimpulan atau menafsirkan sendiri Al Qur'an dan hadits yang dibacanya.

Berguru kepada ulama dan bermazhab tentunya langkah yang benar, karena pada dasarnya kita semua belajar kepada ulama dan bermazhab, akan tetapi bermazhab itu ada kiat-kiatnya agar tidak terjebak kepada taqlid dan aliran sesat. Kiatnya adalah bergurulah kepada lebih dari satu guru atau ulama dan pelajari perbedaan-2 paham para ulama ataupun para imam mazhab itu lalu kaji dengan referensi Al Qur'an dan hadits. Karena ciri dari ilmu yang sanadnya bersambung kepada Nabi adalah tidak terdapat pertentangan dengan ayat Al Qur'an ataupun dengan hadits sahih. Al Qur'an dan Hadits sahih adalah dua sumber ilmu yang disampaikan ulama dengan sanad bersambung kepada nabi. Jadi jangan menganggap bahwa ilmu yang kita dapatkan itu bersanad nyambung kepada nabi jika kita tidak tahu hadits sahih atau ayat Al Qur'an yang mana yang menjadi dasar ilmu tersebut.

Sementara melarang memahami sendiri Al Qur'an dan hadits adalah kekeliruan yang fatal, karena bertentangan dengan Al Qur'an dan hadits
Banyak ayat Al Qur'an yang mengisyaratkan agar mengambil pelajaran dari padanya, Al Qur'an adalah petunjuk, pelajaran, peringatan bagi manusia. Maka pelajari Al Qur'an dan hadits. Jika merasa mendapatkan pemahaman yang berbeda, diskusikan dan kaji agar perbedaan paham itu menjadi rahmat. Dengan demikian umat tidak dan jangan awam selamanya terhadap Islam.

Hadits riwayat Ali ra, ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Al Qur'an, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)

Kurang-lebih Maksudnya begini, di akhir zaman akan muncul kaum muda yang bodoh, tapi sok pintar dengan menggunakan kata-kata dari orang2 tokoh hebat dan terkenal ( bergelar ulama atau bukan ulama ) yang kata-kata nya bukan dari Al Qur'an dan hadits. Mereka membaca Al Qur'an hanya di mulut saja, tidak sampai ke hati dan pikirannya, sehingga tidak menyadari apabila kata2 tokoh hebat itu bertentangan dengan Al Qur'an  dan hadits dan akhirnya  menggelincirkannya keluar dari Islam.

Demi mencari kebenaran, saya coba komentari kata2 yang diambil dari blog berikut


Yang ngotot ke Al Qur’an dan Hadits tapi meninggalkan Jumhur Ulama, itu adalah Khawarij. Sesat.
Jadi kalau ada manusia akhir zaman yang cuma dapat sisa-sisa hadits yang jumlahnya kurang dari 100 ribu hadits mengaku sholatnya lebih mirip Nabi ketimbang para Imam Mazhab, ini bohong belaka.

Kalau ada yang modal Al Qur’an terjemahan dan Juz Amma saja tidak hafal tapi belagak jadi Mujtahid yang lebih hebat dari Imam Mazhab, ini ibarat katak hendak jadi lembu.

Pendapat saya begini;
Ketika ada yang mengemukakan ajaran menyangkut Al Qur'an  dan hadits sahih, jangan pandang bagaimana orangnya, karena perintah Alloh Swt. Jika dibacakan Al Qur'an maka diam dan perhatikan. Jadi silahkan perhatikan dan kaji, lalu komentari ajarannya apakah benar atau salah. Tentunya dengan argumen serta ayat Al Qur'an dan hadits yang jelas.
Perbedaan tata cara dan menentukan benar salahnya solat, tidak perlu  temuan  kajian ratusan atau ribuan hadits, temuan kajian satu hadits atau satu ayat Al Qur'an saja bisa merombak cara solat secara drastis.
Manakala ditemukan kekeliruan hasil idztihad seseorang maka itu tidak berarti mujtahid tersebut jadi terhina dan berdosa, beliau tetap tinggi derajatnya dan tetap berpahala disisi Alloh Swt. selama niat idztihadnya untuk mengungkap kebenaran Islam karena Alloh. Tapi orang yang mangikuti kesalahannya padahal ada potensi untuk mengkajinya, maka ia berdosa. 
Wallahu'alam.
Semoga bermanfaat.

Thursday, 2 March 2017

ARTI SEBUAH NAMA



Suatu hari saya dikirimi istri tulisan iseng-iseng tentang perhitungan dan makna nama seseorang, yang mana tulisan tersebut merupakan hitungan penjumlahan nilai angka-angka hasil konversi dari setiap huruf nama-nama calon gubernur DKI yang kemudian jumlah setiap nama itu di akurkan dengan nomor surat dari Al Qur’an, kemudian direka-rekalah makna dari kata-kata tersebut.

Dengan iseng-iseng pula, saya coba menghitung nilai huruf nama saya sendiri. Orang tua memberi nama saya ENTIS SUTRISNA. Saya tidak tahu apakah beliau memperhitungkan dan memikirkan arti dan makna dari nama saya tersebut atau asal-asalan, akan tetapi kenyataannya nama saya ini secara langsung mengandung pengertian sebagai berikut ENTIS adalah nama panggilan biasa tanpa arti apa-apa, bukan ETNIS. Kemudian SUTRISNA mengandung arti SU artinya baik, TRISNA artinya cinta ( bahasa India ), jadi maknanya jelas, dan watak saya pun persis reperti itu, he.. he..he…kayaknya sih.
Sedangkan menurut hitungan penjumlahan angka konversi huruf dari nama saya tersebut hasilnya adalah:                       ENTIS     = E ( 5 ) + N ( 14 ) + T ( 20 ) + I ( 9 ) + S ( 19 ) = 67.
                SU          = S ( 19 ) + U ( 21 ) = 40
                TRISNA = T ( 20 ) + R ( 18 ) + l ( 9 ) + S ( 19 ) + N ( 14 ) + A ( 1 ) = 81
Dalam Al Qur’an, surat ke 67 adalah Al Mulk ( Kerajaan ), surat ke 40  adalah Al Mu'min ( orang beriman ), surat ke 81 adalah At Takwiir ( menggulung ). Jadi kalau mau mereka-reka maknanya adalah Kerajaan di mana orang-orang beriman menggulung.  Menggulung, barangkali berarti mengerumuni atau berkerumun dan melingkari.

Jangan berimajinasi terlalu jauh, yang membuat saya terkesan adalah hasrat yang ada di benak saya untuk menganjurkan agar umat Islam bersatu untuk mencapai kemenangan, ini kuat sekali, barangkali ini menunjukkan bahwa ada kalanya nama mencerminkan watak atau kondisi seseorang, jika Alloh SWT menghendaki.

Hasrat menganjurkan bersatunya umat Islam tersebut dapat dibaca di postingan yang lalu, yang mana saya pernah menganjurkan agar partai berbasis masa Islam bersatu. Tapi sayang tidak ada respon, apakah karena orang partai tidak ada yang baca atau memang ada kendala, atau dianggap tidak masalah?. Padahal sepertinya mempersatukan partai–partai islam tersebut mudah, semudah membalikkan telapak tangan, tapi tangan-tangan para pentolan partai. Jika para pimpinan partai setuju bersatu, ya akan bersatu. Konsepnya yaitu dengan memilih satu partai yang akan dipakai, sementara partai lainnya dugugurkan. Sementara porsi keanggotaan MPR /DPR dari partai masing-masing sekarang bisa dipakai sebagai kesepakatan prosentase keanggotaan MPR /DPR satu masa pemilihan kedepan, misalnya anggota MPR/DPR dari PKS sekarang 20 % dari keseluruhan gabungan partai Islam, maka pada hasil pemilihan nanti yang masih merasa kader-kader PKS mendapatkan jatah keanggotaan MPR/DPR  20% juga. Jangan berangan-angan kedepan  partai kami akan lebih besar dari partai Islam lainnya, sebab itu pasti bisikan syetan. Pemilu berikutnya tentunya sudah akan melebur. Ini hanya salah satu cara saja.

Jika tidak ada seorang pemimpin partaipun yang menggagas mempersatukan partai-partai berbasis umat Islam tersebut, maka ada tokoh-tokoh yang kiranya memiliki potensi untuk menggagasnya, yakni ketua FPI dan ketua MUI, Wallohu’alam. Jika para pemimpin partai tidak mau bersatu, maka ketua FPI atau ketua MUI dapat mencoba mengarahkan umat Islam untuk memilih partai yang memang bersedia mempersatukan Partainya, karena merekalah yang sesungguhnya partai Islam, wllohu’alam.

Selain konep tersebut, untuk menunjang hasrat saya menganjurkan agar umat Islam ini bersatu yaitu adanya keinginan saya untuk mencetak sebuah buku yang telah saya susun untuk kemudian saya kirimkan/bagikan ke setiap pesantren. Akan tetapi untuk hal tersebut diperlukan biaya yang cukup banyak yang saya sendiri tidak memiliki anggaran untuk itu. Jadi maksudnya jika ada yang  mau nyumbang biaya bisa coba hubungi email saya, he... he... he.

Adapun buku tersebut saya beri judul BAHAN DISKUSI AKHIRI PERBEDAAN PENDAPAT UMAT ISLAM yang isinya bermaksud menanamkan kesadaran bahwa selama ini umat islam telah dicerai beraikan oleh pendapat-pendapat. Dan mengajak umat untuk mengkaji ulang pemahaman ajaran Islam agar perbedaan pendapat yang kontradiksi dapat diakhiri, yang sebagian temanya suda ditampilkan di blog ini.

Daftar isi dari buku tersebut adalah:

1.        Taqlid dan Ijtihad
2.        Apakah perbedaan ( perselisihan ) paham itu rahmat atau sesat ? 
3.        Hati-hati dengan “ keyakinan “
4.        Golongan yang masuk surga dari 73 golongan
5.        Pembentukan Syi’ah dan Sunni
6.        Ormas Islam Indonesia
7.        Perbadaan tata cara beribadah 
8.        Batasan tentang Bid’ah 
9.        Tahlilan, antara ibadah dan bid’ah
10.         Membaca Al Qur’an bisa menjadi berdosa
11.         Mencermati perintah beribadah
12.         Wudlu mungkin salah satu perumpamaan
13.         Hal yang membatalkan wudlu 
14.         Koreksi kesempurnaan Shalat
15.         Bacaan-bacaan dalam Shalat 
16.         Bacaan Al Fatihah bagi ma’mum
17.          Batasan satu rakaat ketika masbuk dalam shalat berjamaah
18.         Makna-makna Al Fatihah 
19.          Bacaan Al Qur’an dalam Shalat
20.          Shalat Wustho

wallohu'alam

semoga bermanfaat

Monday, 20 February 2017

Matahari digulung dan bumi dihamparkan



Membaca Al Qur’an dengan artinya dan memahaminya untuk mendapatkan pelajaran memang sudah seharusnya dilakukan, akan tetapi manakala mendapatkan suatu kalimat atau perumpamaan yang sulit dipahami dan sulit untuk diambil sebagai pelajaran bahkan terasa tidak masuk akal maka lewati saja dan tetap pada keyakinan bahwa itu dari Alloh Swt. dan yakini bahwa akal kita belum sampai untuk memahaminya, misalnya ayat berikut ini,

 “ Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya ” ( An Naazi’aat : 30 )

Memang wajar jika kemudian beranggapan bahwa bumi ini datar. Akan tetapi ilmu pengetahuan yang kita dapatkan telah membuktikan bahwa bumi ini bulat. Walau demikian jangan katakan bahwa Al Qur,an tidak masuk akal karena ayat tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan kekuasaan Alloh Swt. dengan batas kemampuan pandangan manusia. Bayangkan, bagaimana dampaknya jika ketika itu dikatakan bumi ini bulat, bagai mana masyarakat ketika itu bisa menerima keterangan yang diluar nalar dan fakta menurut kemampuan pandangannya yang begitu nyata, sementara itu sangat diharapkan masyarakat mempercayai kebenaran Al Qur’an, tentunya orang yang menentang Rosululloh Saw, sangat mudah melecehkan dan membantahnya.

Lain halnya dengan ayat berikut;

Apabila matahari digulung,” ( Qs At Takwir : 1 )

Arti secara umum dari kata digulung dapat dilihat dalam kamus besar bahasa Indonesia, ini kutipannya;
gu·lung n 1 benda yg berlembar-lembar atau berutas-utas yg dilipat menjadi berbentuk bulat; 2 kata penggolong untuk benda berlembar-lembar atau berutas yg dilipat menjadi bulat: tikar sebanyak lima --;
meng·gu·lung v 1 melipat benda berbentuk lembaran menjadi berbentuk bulat panjang atau pendek: nelayan itu ~ layar perahunya; 2 membelit-belit (tali, benang, dsb) pd kumparan (gelendong dsb): anak itu ~ benang layang-layang; 3 ki mendesak (mengejar) dan mengalahkan (menangkap dsb): polisi belum berhasil ~ kawanan perampok kelas kakap itu;

ketika menerangkan matahari, maka tidak ada kekhawatiran akan bertentangan atau tidak dengan nalar masyarakat waktu itu, sebab saat itu tidak ada manusia yang nalarnya sampai kepada pengetahuan tentang matahari sehingga tidak akan ada yang membantah pernyataan ayat tersebut.

Lalu sekarang, pengetahuan mengenai matahari, masyarakat umum sudah mengetahui bagaimana keberadaan matahari yang sesungguhnya menurut para peneliti.
Dan jika menafsirkan ayat tersebut dengan terjemahan kata yang sesuai dengan arti kata menurut kamus besar bahasa Indonesia tersebut, itu menimbulkan pemahaman yang menyalahi ilmu pengetahuan modern, karena ayat tersebut seolah-olah menginfor -masikan bahwa matahari itu berupa lembaran-lembaran yang dibentangkan yang kelak akan berakhir dengan cara digulung seperti menggulung kain, sehingga ada kekhawatiran penyesatan umat dengan logika science dan teknologi.

Sekarang mari kita coba alternatif pemahaman bahasa dengan paradigma lain di mana menurut pemahaman saya kata gulung ini memiliki makna filosofis atau definisi sebagai berikut; gulung adalah kondisi di mana saling mendekatnya sejumlah material secara teratur sehingga mengelilingi sebuah titik.
Dengan definisi demikian, maka yang bisa digulung itu bukan hanya material lembaran, akan tetapi bisa bermakna sebuah benda yang dikerumuni oleh material-material lain di sekelilingnya. 

Dengan definisi begitu maka penafsiran ayat tersebut berarti Apabila matahari dikerumuni material lain di sekelilingnya” ( Qs At Takwir : 1 ) ini menginformasikan bahwa pada akhirnya matahari itu akan digulung bintang-bintang yang selama ini menjadi planetnya, ini di sebutkan dengan ayat berikutnya,

 “ dan apabila bintang-bintang berjatuhan ” ( Qs At Takwir : 2 )

Jadi bintang-bintang tersebut berjatuhan ke matahari hingga akhirnya matahari digulung bintang-bintang yang berjatuhan kepadanya, bukan ke bumi, karena bumipun akhirnya akan jatuh padanya. 

Hal itu terjadi, karena selama ini semua planet yang beredar mengelilingi matahari adalah sebagai efek dari keseimbangan antara gaya tarik/ gravitasi inti matahari dengan gaya sentrifugal putarannya inti matahari. Di saat inti matahari berhenti berputar, atau kecepatan putar nya menurun hingga gaya gravitasi lebih besar daripada gaya sentrifugalnya dan itu pasti akan terjadi ( menurut pemahaman saya ), maka hilanglah gaya sentrifugalnya, dan tinggallah gaya tarik/ gaya gravitasi inti matahari  yang akan menarik semua material/ planetnya hingga menggulung inti matahari.

Wallohu'alam

semoga bermanfaat   

Sunday, 12 February 2017

Sertifikasi Khatib


Jakarta (Pinmas) --- Kepala Pusat Informasi dan Humas (Pinmas) Kementerian Agama Mastuki memastikan bahwa info sertifikasi khatib yang viral melalui media sosial adalah berita bohong alias hoax. Penegasan ini disampaikan oleh Mastuki menyusul beredarnya informasi seputar hal teknis penyelenggaraan sertifikasi khatib.

Menurut Mastuki, Kementerian Agama tidak akan melakukan sertifikasi khatib. Kementerian Agama juga tidak akan mengintervensi materi khutbah. Merespon saran dan masukan dari masyarakat, Kementerian Agama sedang mempertimbangkan untuk melakukan standardisasi khatib Jumat.

Maksud dari standardisasi, kata Mastuki, adalah memberikan kriteria kualifikasi atau kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh seorang khatib Jumat agar khutbah disampaikan oleh ahlinya, serta sesuai syarat dan rukunnya. Dalam praktiknya, standardisasi juga tidak akan dirumuskan Kementerian Agama karena hal itu menjadi domain ulama.

Jika terjadi ketentuan bahwa Khatib harus bersertfikat, maka akan terjadi pemisahan umat antara yang boleh berdakwah dan yang tidak boleh berdakwah, dengan batas kemampuan tertentu. Jika demikian apakah tidak bertentangan dengan keterangan berikut,

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa jika seseorang mengetahui, memahami, menganggap penting suatu ayat Al Qur’an atau pun hadits untuk diketahui umat, maka ia sudah harus menyampaikannya kepada umat. Apakah ia sendiri paham atau tidak dengan ayat tersebut. Jika ia paham silakan sambil menjelaskan berikut contoh-contoh pengamalannya. Jika ia tak paham maka sampaikan apa adanya ayat tersebut dengan tidak ditambah sedikitpun atau dikurangi. Jadi bisa saja seseorang membacakan beberapa ayat Al Qur’an atau beberapa hadits sahih beserta artinya kepada jamaah.

Kemudian aturan dakwah apapun rasanya tidak boleh ada larangan untuk menyampaikan salah satu ayat apapun kepada umat, coba perhatikan ayat berikut;

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati,( QS Al Baqarah : 159 )

Jadi seandainya dalam syarat sertifukasi itu dilarang menyampaikan Qs Al Maidah: 51 misalnya, maka itu berarti bertentangan dengan ayat tersebut di atas. Akan tetapi secara psikologis, demi sertifikat kemungkinan akan banyak ustadz menurutinya maka dengan demikian pula umat Islam akan mudah dikendalikan dan diadu domba dan di pecah-belah.

Wallohu’alam.


Semoga bermanfaat