TIDAK USAH MERASA KECEWA ATAS KEGAGALAN HASIL KERJA KERAS KITA, AKAN TETAPI PERLU MEMBAYANGKAN KEKECEWAAN DI MASA MENDATANG KARENA KELALAIAN KITA SENDIRI SAAT INI
Translate
Tuesday, 25 March 2025
Sunday, 26 January 2025
Tuesday, 17 September 2024
Penafsiran QS Al Waaqiah : 77 - 80
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ,
ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
اِنَّهٗ لَـقُرۡاٰنٌ كَرِيۡمٌۙ ٧٧
sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, ( Al Waaqi’ah : 77 )
فِىۡ كِتٰبٍ مَّكۡنُوۡنٍۙ ٧٨
pada kitab yang terpelihara (Lauhul mahfuz), ( Al Waaqi’ah : 78 )
لَّا يَمَسُّهٗۤ اِلَّا الۡمُطَهَّرُوۡنَؕ ٧٩
tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan ( Al Waaqi’ah : 79 )
تَنۡزِيۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِيۡنَ ٨٠
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. ( Al Waaqi’ah : 80 )
Rangkaian kalimat-kalimat dari ayat-ayat QS Al Waaqi’ah di atas ini cukup rumit dipahami sehingga para ulamapun dalam menafsirkannya berbeda-beda.
Pertama , di ayat 77 dan 78 dikatakan bahwa Al Qur’an itu tersimpan dalam “kitab yang terpelihara” padahal Ketika jaman Nabi Saw. Al Qur’an belum berupa kitab, sehingga ditafsirkanlah di (Lauhul mahfuz), padahal di ayat 80 dikatakan “Diturunkan dari Tuhan semesta alam.” Berarti sudah berada di sisi Nabi Muhammad Saw. ( karena kalimat-kalimatnya
seolah-olah Al Qur’an itu sudah diturunkan secara komplit kepada Rosululloh Saw
)
Kedua, di ayat 79 dinyatakan “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.” Inipun ditafsirkan bermacam-macam oleh para ulama.
Dalam keadaan seperti ini penulis merasa mendapatkan tantangan untuk turut mencoba menafsir kanya.
Penafsiran penulis begini;
Ayat 77 dikatakan bacaan yang sangat mulia, karena Al Qur’an sangat berfaedah bagi kehidupan manusia secara lahir, bathin, dunia dan akhirat, dan terjaga kemurniannya.
Ayat 78 mengisyaratkan bahwa Al Qur’an bakal menjadi berupa kitab dan terpelihara kemurniannya, sementara ayat-ayat tersebut akan jadi pedoman dan dibaca manusia sepanjang masa, sehingga kini hal itu terbukti menjadi suatu kalimat yang nyata, Al Qur’an sebagai pedoman Islam dalam kitab dan terpelihara kemurniannya hingga kini.
Ayat 79; “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan “. Di sini disebutkan tidak menyentuhnya bukan tidak boleh menyentuh. Yang disucikan, bukan yang bersuci ( berwudlu ).
Maka penulis menafsirkan, hanya hamba-hamba yang Alloh sucikan yang bisa menyentuhnya (secara qolbiyah), maksudnya hamba Alloh yang disucikan itu akan berhasrat, mudah membaca dan mudah memahami, dan merasakan harus mengamalkan Al Qur’an. Lalu bagaimana Alloh mensucikan hambanya ?. Setidaknya, Alloh akan jaga hambanya dari melakukan dosa besar, sementara dosa-dosa kecil akan terhapus dengan solat 5 waktu, solat Jum’at, puasa ramadhan, dzikir, dll.
Dapat penulis rasakan, seandainya penulis pernah berzina, rasanya tidak akan muncul Hasrat untuk mengkaji ulang kejanggalan-kejanggalan ajaran Islam. Sementara itu penulis pernah berada di suatu posisi, situasi dan kondisi 2 atau 3 langkah menuju zina tapi itu tidak terjadi, dan dapat penulis rasakan bahwa itu bukan kuasa atau kemampuan penulis menghindarinya.
Wallohu’alam
Semoga bermanfaat
Monday, 26 August 2024
Tuesday, 6 August 2024
Thursday, 18 July 2024
Friday, 5 July 2024
POLEMIK NASAB BAALAWI ( HABIB )
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ,
ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Polemik Nasab Baalawi masih terus meramaikan dunia YouTube, ada yang memper
juangkan untuk menyebar luaskan bahwa gelar Habib itu bukan keturunan Nabi Saw.
karena dianggap berdampak buruk bagi kehidupan umat Islam dan bangsa, tapi
ada yang berusaha membela habis – habisan memperjuangkan bahwa gelar Habib itu
keturunan Nabi Saw. karena ada keuntungan besar yang dapat dinikmati mereka.
Sehingga sepertinya ini tidak akan ada penyelesaian, kenapa …? Karena qualitas
ummat Islam kita buanyak yang bodoh dan buanyak pengkhianat, para pengkhianat
mengelabui yang bodoh, hancurlah bangsa kita….rasaken….kalau tidak mau berubah!!!
Saya kira ada hikmah besar dibalik peristiwa ini yang harus kita sadari,
bahwa ini semua terjadi karena pola pikir umat Islam tidak kritis dan kurang
logis sebagai dampak dari pola ajar Islam secara taqlid, oleh karena itu mari
kita coba saja bahas ilmunya dengan kembali kepada Al Qur’an dan sunnah Rosulul-
loh Saw. siapa tahu jadi Solusi bagi umat Islam secara keseluruhan, begini,
perhatikan hadits shahih berikut, ( hadits 1 )
Rasulullah saw bersabda,”Aku meninggalkan dua hal di tengah kalian;
selama berpegang pada keduanya, kalian tidak akan tersesat selamanya:
yaitu kitab Allah dan sunah rasul-Nya,’” (HR Imam Malik).
Kemudian juga ada hadits shahih lainnya begini, ( hadits 2 )
Dari sahabat Abu Said Al-Khudri ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Sungguh, aku
meninggalkan dua hal penting di tengah kalian sesuatu yang jika berpegang pada
keduanya, kalian tidak akan tersesat sepeninggalku. Yang satu lebih besar dari
yang lain. Pertama, kitab Allah, sebuah tali panjang dari langit ke bumi. kedua,
keturunanku ahli baitku. Ketahuilah, keduanya takkan terpisah sampai keduanya
melewati telagaku,’” (HR Imam Ahmad).
Hadits 2 ini yang menguntungkan para Habib dan mereka para habib dan kelompoknya
sangat memanfaatkannya.
Katanya para ulama kebingungan memahami kedua hadits tersebut karena seolah–olah
jadi ada dua pilihan, yang bener yang mana, begitu.
Sekarang bagaimana jika memahaminya begini, kita lihat dulu beberapa keterangan berikut,
( hadits 3 )
Dari Umar bin Abi Salamah, anak tiri Nabi Saw. yang berkata “Ayat ini turun kepada
Nabi Saw. [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul
Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] di rumah Ummu Salamah,kemudian Nabi Saw. memang-
gil Fatimah,Hasan dan Husain dan menutup Mereka dengan kain dan Ali berada di belakang
Nabi Saw., Beliau juga menutupinya dengan kain. Kemudian Beliau Saw. berkata “ Ya
Allah Merekalah Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah
Mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata “Apakah Aku bersama Mereka, Ya Nabi
Allah?”. Beliau berkata “Kamu tetap pada kedudukanmu sendiri dan kamu dalam
kebaikan”. [Shahih Sunan Tirmidzi no 3205].
QS Al Ahzab : 32, 33, 34
Hai
istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, QS Al
Ahzab : 32
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya. QS Al Ahzab : 33
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah
(sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.
QS Al Ahzab : 34
Dengan keterangan-keterangan tersebut barangkali bisa dipahami bahwa
Ahlul bait adalah orang-orang yang namanya disebutkan pada hadits 3 tersebut,
karena hanya merekalah yang Nabi Saw. do’akan agar Alloh sucikan dari dosa-dosa
dan Alloh qobulkan do’anya sehingga mereka terjamin bersih dari dosa dan tidak akan
berbuat dosa, tidak akan bohong dan lain-lain.
Sementara Al Qur’an dan sunnah Rosululloh Saw. yang berhubungan dengan mereka
sekeluarga sudah melekat dalam benak mereka dan tidak akan lupa hingga melewati
telaga Nabi Saw. maka jika ummat hendak bertanya mengenai Al Qur’an atau mengenai
suatu contoh perbuatan atau perkataan Nabi Saw. yang diketahui mereka, maka mereka
akan menyampaikannya dengan jujur, tidak perlu khawatir berbohong sehingga ajaran
Nabi Saw. terjamin kebenarannya. Terbukti pola ini dipake para ahli hadits untuk
menentukan hadits shahih.
Jika pemahaman ini benar maka penyematan gelar ahlul bait kepada keturunan Nabi
Saw.selain nama-nama yang disebutkan pada keterangan-keterangan di atas itu adalah
BID’AH,sabda Nabi Saw. bid’ah akan membawa kehancuran dan masuk neraka, ini nyata….
“Sesungguhnya setiap hamba itu mempunyai semangat yang kuat, dan setiap semangat
yang kuat itu mempunyai waktu senggang, baik kepada sunnah maupun kepada bid’ah.
Barang siapa yang senggangnya itu (menuju) kepada sunnah maka sesungguhnya ia
telah mendapatkan petunjuk, dan barang siapa yang senggangnya itu ( menuju )
kepada selain itu , maka sesungguhnya ia telah hancur. HR Ahmad dan Ibnu Hibban
di dalam shahih Ibnu Hibban
Jadi kesimpulannya ikatan gelar Ahlul baitnya Habib ataupun Wali songo itu terputus
oleh dalil. selain daripada itu nasab Habib terputus menurut ilmu nasab dan ilmu DNA
(menurut Kyai Imad dan pendukungnya) dan bisa dikatakan terputus nasab dengan Nabi Saw.
karena akhlak, karena sudah memanipulasi Sejarah, memanipulasi makam keramat, memupuk
watak arogan dan emosional dengan gaya ceramahnya yang terkesan galak dari beberapa Habib (sangat mungkin ini
dibawah kendali RA) dan banyak penyimpangan ajaran dan akhlak lainnya dari akhlaknya
Rosululloh Saw. sebagaimana beredarnya video2 di YouTube.
Jika saja motif Kyai Imad berdasarkan rebutan kemulyaan Dzurriyyah Nabi Saw.
sebagai ahlul bait maka itu sama dengan rebutan kantong kresek kosong hasil
reproduksi limbah plastik yang tercemar limbah industri B3,tapi kalau motifnya amar
ma’ruf nahi mungkar, maka yakin pahalanya mantap.
Jadi solusinya adalah coba MUI mengadakan musyawarah Nasional umat Islam Indonesia (Perwakilan) dan membuat Keputusan bahwa pemahaman, amalan ibadah,perbuatan,
adab dan perilaku dan lain2 menyangkut kemulyaan ahlul bait selama ini dinyatakan keliru.
Para Habib dan RA harus mengakui segala kesalahan, selain itu jalur hukum bisa ditempuh
untuk sangsi2 atas kesalahan2 yang telah dilakukan, itupun kalau kajian saya ini benar.
Kalau salah….lupaken.
Wallahu A'lam Bishawab
Semoga bermanfaat
Subscribe to:
Posts (Atom)