Translate

Thursday 2 August 2018

Tasyahud pakai Sayyidina ???


"Janganlah kamu jadikan panggilan rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih."
(QS. An-Nur 24: Ayat 63)


Ayat ini mengisyaratkan bahwa umat Islam, ketika memanggil atau menyebut nama Rosululloh ( Muhammad, Ibraahim, dll. ) harus dibedakan dengan panggilan atau sebutan kepada orang lain yang sifatnya mengangkat derajatnya / lebih mulya dibandingkan dengan orang lain pada umumnya. Tapi tidak ditentukan apakah dengan menambahkan kata Rosululloh, Nabiyulloh, Sayyidina atau kata2 yang lainnya yang sifatnya memulyakannya.


Ketika Rosululloh mengajarkan bershalawat atas dirinya kepada seseorang, Rosululloh pun sama, tidak menentukan dengan kata tambahan apa untuk memulyakannya, kerena beliau mengikuti perintah Alloh Swt. berikut kutipan haditsnya,


Maka Beliau bersabda: “Ucapkanlah; “ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHOLLAITA ‘ALLA IBRAHIM WA ‘ALAA AALI IBRAHIM INNAKA HAMIDUN MAJID. ALLAHUMAA BAARIK ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ‘ALAA IBRAHIM WA ‘ALAA AALI IBRAHIM INAAKA HAMIDUN MAJID” (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia) “.l


Dengan pengajaran itu, sudah barang tentu Rosululloh Saw. tidak ada maksud agar umatnya melanggar perintah Alloh Swt. Sebagai mana firmannya pada ayat tersebut di atas.


Ada pendapat lain bahwa bacaan shalat itu harus saklek mengikuti perkataan Rosululloh Saw. Sehingga bersalawat dalam shalat tidak boleh ada tambahan Sayyidina karena nabi pun tidak mengatakannya. Mereka menggunakan dalil hadits berikut,


“Shalatlah kalian sebagaimana kamu sekalian melihat aku shalat.” (HR. al-Bukhari)


Mari kita ikuti sabda Nabi tersebut dengan saklek, coba baca hadits tersebut sekali lagi......
Yang harus benar- benar diikuti itu adalah yang dapat dilihat, do'a dan kata2 bukan dilihat tapi didengar, jadi hadits tersebut tidak  bisa dijadikan dalil agar harus saklek mengikuti perkataan atau do'a Nabi, oleh karena itu, ketika ada orang yang membaca bacaan shalat yang berbeda dengan bacaan Nabi Saw. Nabi tidak menilai bid'ah atau menyalahkan.
Orang yang lebih pintar dari Nabi itu yang menyalahkan dan membid'ahkan...


Coba perhatikan hadits berikut,


Dari Abu Sholih, dari beberapa sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seseorang, "Doa apa yang engkau baca di dalam shalat?" "Aku membaca tahiyyat, lalu aku ucapkan  " Ya Allah, aku memohon kepada Engkau Surga dan berlindung kepada Engkau dari api Neraka." "Aku sendiri tidak mengetahui apa yang engkau gumamkan begitu pula Mu'adz," jawab orang tersebut. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seputar itulah kami bergumam ( ketika berdoa )." ( HR Abu Daud )


Nampak jelas dari hadits tersebut bahwa Nabi Saw. tidak membatasi redaksi maupun materi do'a seseorang dalam shalatnya.


Wallahu'alam

Semoga bermanfaat, aamiin