Translate

Friday 30 April 2010

Puisi perjuangan ( ceritra kakekku ).

Revolusi memang sudah berakhir.

Kala kutempuh jalan jauh berliku,

Telusuri pematang sawah, jalan setapak, bahkan, semak belukar,

Ketika letih menghimpit kaki,

dan lelah patahkan semangat,

kudapati gubuk tua telantar,

berpapan kayu , berpalang bambu, tua dan lapuk ,

kurebahkan badanku, lepaskan lelahku,

mata layu, tertutup kantuk,

lalu sadarku, terbang ke alam maya,

revolusi memang sudah berakhir,

ketika sadarku masih jelajahi alam maya itu,

tiba-tiba………,

ngiang suara sirene menyadarkan,

“ serangan !! ” pikirku,

Kubuka mataku, nampak sebuah pelatuk mengancam,

Namun secepat kilat tanganku menyambar, dan…” tarrr….”,

Satu suara , satu nyawa melayang,

Ia rebah…, merah…, berlumur darah ,

Tapi aku tega, tiada ngeri seujung rambut, ia musuh…

Seraya bibirku bergumam “ mampus kau nyamuk keparat …”

Phobia terhadap nasi

Sejak kurang lebih umur 2,5 tahun anakku laki-laki mulai tidak suka makan nasi, padahal sebelumnya biasa makan nasi dan normal, tidak tahu asal muasalnya kenapa menjadi tidak suka makan nasi, namun yang jelas anak saya tersebut sehari-harinya lebih banyak bersama pengasuh.

Memang di masa-masa sebelumnya walaupun anak saya tersebut dikasih makan nasi, tapi ibunya selalu menyediakan bubur susu nestle sebagai selingan, mungkin disinilah awal kesalahannya, memang bisa saja karena sianak bisa membandingkan rasa, dan mungkin rasa bubur nestle dirasakannya lebih enak dari pada makan nasi dan akhirnya lebih selalu memilih minta dikasih bubur nestle .

Akan tetapi dugaan tersebut masih diragukan, karena jika memang tidak suka makan nasi tidak mesti kemudian menjadi jijik dengan nasi, akan tetapi kenyataannya anak saya tersebut sampai-sampai tidak berani menyentuh nasi dan nampaknya ia jijik jika bersentuhan dengan nasi.

Kemudian yang saya ketahui ketika anak saya tersebut mulai tidak suka makan nasi, pengasuh anak saya tersebut jika ngobrol-ngobrol dengan tetangga atau siapapun yang diajaknya ngobrol ia selalu membicarakan dengan bangganya bahwa anak saya itu tidak suka makan nasi, dan makannya bubur nestle.

Adapun ketika anak sudah mulai agak besar dan sudah tidak pantas lagi makan bubur, maka sebagai makanan sehari-hari kami kasih ia roti, bubur ayam, kupat tahu, mie baso atau mie bungkus, biscuit, susu dan lain-lain yang kira-kira mengenyangkan dan vitamin, sebagai efeknya dari tidak suka makan nasi maka ia pun jadi tidak suka makan daging, lkan, sayur, hanya telur sebagai campuran mie rebus, cukup merepotkan dan menghawatirkan .

Akan tetapi selama itu pula saya tidak pernah putus asa untuk terus berusaha merubah keadaan anak saya tersebut agar kembali suka makan nasi. Banyak trik dan cara yang saya lakukan dalam upaya merubah keadaan tersebut.

Cara yang paling gampang yang mungkin akan dilakukan oleh siapapun pada kondisi seperti itu adalah dengan cara mengomeli, memarahi dan membentak kemudian memaksanya untuk mengunyah nasi , itupun saya lakukan, akan tetapi anak pun hanya ngamuk meronta dan menutup mulutnya rapat-rapat .

Saya bertemu anak dua hari dalam seminggu, sabtu dan minggu , namun dalam dua hari tersebut saya selalu ngobrol dengan anak, bercerita, mengajarkan atau menerangkan apa saja secara spontan apa yang terjadi di sekitar kami, apa yang teringat untuk diterangkan, apa yang terlihat dan sebagainya, dan anak saya selalu mendengarkan dan memperhatikannya, sehingga pada kesempatan seperti itu sering kali saya belokkan cerita atau obrolan itu untuk menerangkan pentingnya makanan bagi tubuh, tentunya dengan ilustrasi yang gampang dimengerti anak, misalnya ketika mendengar ribut suara tikus di dapur, lalu saya tanya anak ” tikus sedang apa ya ribut begitu ? “ anak bilang nggak tahu, kemudian saya terangkan kalau tikus itu sedang mencari makan biar kenyang, sebab kalau tidak makan tikus akan sakit dan kemudian mati, sama , manusia juga begitu, jadi dede harus makan yang kenyang, biar makannya kenyang maka harus makan nasi . Sering sekali saya bicara seperti itu .

Pada suatu ketika terpikir oleh saya untuk mencoba merubah keadaan tersebut secara perlahan, langkah pertama waktu itu saya berusaha agar si anak mencoba untuk meraba-raba nasi, tapi sebelumnya saya terangkan sambil bercanda bahwa nasi itu tidak jijik, buktinya banyak orang makan nasi, yang jijik itu ee ayam, saya bilang mau nggak makan ee ayam ?, anak ketawa dan mau mencoba meraba-raba nasi, tapi itupun sambil saya pegang tangannya dan saya paksakan meraba nasi sambil ia teriak-teriak dan kami tertawa-tawa, beberapa kali kami lakukan itu.

Kemudian langkah kedua saya berusaha mencoba merayu agar anak mau mencoba untuk makan nasi, hari sabtu sore saya dan anak main, berkelakar, bercerita, ujung-ujungnya saya menerangkan pentingnya makan nasi, lauk,sayur dll. Ketika itu saya ajak anak untuk berjanji agar besoknya, hari minggu mau mencoba untuk makan nasi walaupun sedikit, katanya siap tapi sedikit sekali, katanya seujung jari, ya kami setuju .

Keesokan harinya saya tagih janjinya, lalu dipersiapkan makan sambil main di depan rumah. Saya persipkan makanannya sesuai permintaannya yaitu telur ayam dadar terutama, dan yang lainnya. Dengan bismillah saya mulai menyuapi se ujung jari, am masuk sesuap kecil kemudian dikunyah-kunyah, tapi tidak lama kemudian ia kelihatan mau muntah, matanya merah dan keluar air mata, ia ingin memaksakan tapi kelihatannya tidak kuat, lalu ia muntahkan nasi itu. Kemudian dicoba sekali lagi, tapi ia minta lebih sedikit lagi nasinya dan telurnya dadarnya yang banyak, am lagi sesuap lebih kecil, kunyah-kunyah , sama masih mau muntah-muntah dengan keluar air mata, tapi kali itu buru-buru ia telan dan buru-buru ia minta minum, bisa satu suap dimakan tapi tidak pernah mau lagi.

Setelah rentang waktu yang agak lama sejak percobaan makan nasi waktu itu, terpikir ide baru untuk mencoba lagi makan nasi. Seperti biasa cerita dulu, bercanda, dan mengingatkan pentingnya makan nasi, lauk dan sayur. Kebetulan waktu itu ia baru bisa naik sepeda roda dua kecil dan ia lagi suka-sukanya naik sepeda, kemudian saya tawarkan untuk mencoba makan nasi goreng kecap,telur dan campur-campur sambil naik sepeda di lapangan halaman mesjid, ia setuju. Lalu semua dipersiapkan. Dan berangkatlah dengan membawa sepeda dan sepiring nasi goreng kecap .

Sesampainya di halaman mesjid ia besiap-siap naik sepeda, lalu dengan bismillah sesendok nasi goreng disuapkan ke mulutnya, lalu ia kunyah-kunyah dan masih tetap mau muntah, padahal sudah diterangkan sebelumnya bahwa nasi goreng itu sudah bukan nasi biasa, karena dari warnanya, baunya dan rasanya sudah berbeda dari nasi putih, tapi tetap saja mau muntah, akan tetapi ketika mau munta-muntah tersebut buru-buru saya suruh ia untuk mengayuh sepedanya, maka iapun sibuk mengendalikan sepedanya sambil mengunyah nasi goreng di mulutnya, bahkan secara tidak sadar iapun menelannya tanpa hambatan. Ketika kelihatan nasi di mulutnya sudah habis maka saya panggil ia untuk disuapi lagi dengan dalih isi bensin karena bensinnya sudah habis, sesuap lagi dan buru-buru saya suruh mengayuh lagi, lalu terus begitu hingga Alhamdulillah nasi goreng sepiring kecil habis.

Saya kira setelah itu berikutnya akan mudah untuk memberinya makan nasi goreng, tapi ternyata tidak, hanya waktu-waktu tertentu saja, plus harus merayu, mengomel dan macam-macam upaya agar ia mau makan nasi goreng, belum nasi putih.

Mungkin sudah lewat waktu setahun lebih sejak makan nasi sambil bersepeda tersebut, yang makin lama sejak itu makin jarang dan hampir tidak makan lagi, anak saya selesai dari TK dan mau masuk SD, saat sedang jalan –jalan di supermarket anak saya teringat ingin beli kantong sekolah bergambar naruto, saya bilang jangan, karena kantong itu mahal, harganya sama dengan 15 mangkuk mie baso di toko anu, saya bilang begitu , lalu diam dan jalan lagi, lama-lama ngamuk tetap ingin beli, setelah agak lama ngamuk lalu saya tawarkan boleh beli asal makan nasi, lalu diam. Beberapa saat ngamuk lagi tapi tidak menjawab kesanggupannya makan nasi, saya tetap boleh tapi makan nasi, kayaknya ia nekat dan sanggup makan nasi dan beli kantong Naruto.

Sampai di rumah saya tagih janjinya, ia siap, saya tanya makannya sama apa ?, ia jawab nasi goreng dulu nanti nasi putih, setuju, lalu disiapkan. Ketika am sesuap nasi goreng kembali kelihatan mau muntah, tapi buru-buru saya ajak ia main kartu remi yang biasa saya pakai untuk mengajarinya penjumlahan bilangan, saya suruh ia menghitung angka dan jumlah gambarnya hingga habis sepiring nasi goreng. Besoknya mulai dengan makan nasi putih tapi tetap harus sambil berusaha mengalihkan konsentrasinya kepada kegiatan lain sehingga ia tidak sempat memikirkan bahwa yang dikunyahnya itu adalah nasi.

Alhamdulillah sudah hampir 2 tahun makan nasi, dan sekarang kelas 2 SD hampir tiap pagi sarapannya nasi walaupun tidak senormal anak yang biasa makan nasi.

Jika tidak diusahakan saya tidak yakin anak saya akan tiba-tiba suka makan nasi, wallohu ‘alam, sebab ada orang lain yang juga tidak suka makan nasi hingga usia remaja.

Jika ada yang senasib, maka berusahalah dengan sabar dan tidak menyerah. Okey !!

Hukum Pascal dan balon sabun.


Pascal's law, formulated in about 1650, states that pressure in a liquid is transmitted equally in all directions. Sebenarnya pernyataan tersebut dapat dibuktikan secara visualisasi dengan mudah. Anda ambil sabun detergent, campur dengan air, aduk-aduk hingga larut, kemudian celupkan ujung pipa apa saja, atau bentuk bulat apa saja termasuk bulatan jemari anda hingga nampak selaput air sabun, kemudian tiup selaput air sabun tersebut menjadi balon bulat yang mengapung di udara, maka itulah bukti dari pernyataan hukum pascal tersebut.
Diatas dikatakan bahwa tekanan pada pluida akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar. Udara dalam balon sabun adalah udara bertekanan dimana besarnya tekanan dalam balon sabun tersebut adalah sebesar gaya elastisitas dari selaput air sabun tersebut atau seberapa kuat gaya kerut selaput air sabun tersebut, dengan pusat tekanan terletak di titik tengah balon tersebut.
Atau jika tekanan yang sama besar digambarkan dengan anak-anak panah yang sama panjang, dengan pangkal sebuah titik dan ujung-ujung panah digambarkan ke segala arah dalam format dua dimensi, maka setiap ujung anak panah akan membentuk lingkaran, dan jika digambarkan dengan format tiga dimensi ya akan membentuk balon tadi.
Tekanan yang sama besar ke segala arah akan menjadi bentuk bulat apabila tekanan tersebut dipasilitasi dengan media yang elastisitasnya seragam. Maka dari itu balon karet tidak pernah benar-benar bulat karena daya elastisitas di sekeliling balon karet tidak sama.

Saturday 24 April 2010

Makna-makna Al Fatihah


Dengan banyaknya perbedaan pendapat diantara umat Islam saya terusik untuk berusaha mengkaji ajaran Islam sendiri tanpa dipengaruhi pendapat siapapun, inilah sebagian hasil kajian saya yang terangkum dalam buku kumpulan hasil kajian yang berjudul " idjtihad upaya mencari kebenaran dari perbedaan pendapat"

Makna nama-nama Al Fatihah

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Al Fatihah memiliki lebih dari satu nama. Nama-nama lain dari Al Fatihah tersebut yaitu Ummul Qur’an atau Ummul kitab yang artinya Induknya Al Qur’an atau Induknya Al Kitab dan As Sab’ul Matsaani ( Tujuh ayat yang di ulang-ulang ). Penamaan surat tersebut tentunya mengandung makna, maksud, dan tujuan tertentu.
Jika kita baca keterangan tentang hal tersebut pada kitab Al Qur’an Terjemaah yang dikeluarkan Departemen Agama RI terbitan Toha Putra, dalam muqadimah Al Fatihah terdapat keterangan sebagai berikut:
- Disebut Al Fatihah karena dengan surat inilah Kitab Al Qur’an dibuka dan dimulai.
- Dikatakan Ummul Qur’an atau Ummul Kitab karena ia merupakan Induk bagi semua isi Al Qur’an serta menjadi inti sari dari kandungan Al Qur’an.
- Dikatakan As Sab’ul Matsaani karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat. ( Qs Al Hijr : 87 “ Dan sesungguhnya kami teleh berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ( Al Fatihah ) dan Al Qur’an yang agung.” )
-
Penulis ingin mengajak pembaca untuk mengkaji ulang penafsiran-penafsiran tersebut dengan membandingkannya dengan keterangan-keterangan lain. Untuk point pertama bahwa dikatakan Al Fatihah karena dengan surat tersebut dibuka dan dimulainya Kitab Al Qur’an, itu tidak masalah karena amat gampang dipahami dengan melihat langsung wujud Al Kitab itu sendiri.
Namun kemudian pada point ke dua, bahwa dikatakan Ummul Qur’an atau Ummul Kitab karena ia merupakan induk bagi semua isi Al Qur’an serta menjadi intisari dari kandungan Al Qur’an, ini agak sulit dipahami. Misalkan ada pertanyaan, masalah hukum-hukum waris disarikan di ayat Al Fatihah yang mana ?, masalah hukum pernikahan disarikan di ayat Al Fatihah yang mana ?, hukum jual beli disarikan di ayat Al Fatihah yang mana ?, dan lain-lain. Semantara itu Rosululloh Saw. menjelaskan makna Al Fatihah itu sebagai puja, puji, dan do’a kepada Alloh Swt. sebagai mana sabdanya sbb:

“ Alloh yang bertambah-tambah berkahNya dan ketinggianNya berfirman, “ Shalat itu dibagi antara Aku dan hambaKu menjadi dua bagian, satu bagian untuk Ku dan satu bagian untuk hambaKu. Yang untuk hambaKu adalah sesuai dengan apa yang diminta. “ Berkata hamba, “ Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin”. Alloh berfirman ( manjawab ), “ Telah memuji Aku hambaKu “, hamba berkata, “ Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang “, Alloh berfirman, “ Hambaku telah memujaKu “. Hamba berkata,” Yang menguasai hari pembalasan “, Alloh brfirman, “ HambaKu telah memuliakan Aku “. Hamba berkata,” Hanya kepadaMulah kami beribadah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan “, Alloh berfirman, “ Ini adalah antara Aku dan hambaKu, dan bagi hambaku apa yang dimohonkannya “. Hamba berkata, “ Tunjukilah kami ke jalan yang lurus ( yaitu ) jalannya orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan ( pula jalan ) mereka yang sesat “, Alloh berfirman,” Semua itu adalah bagi hambaKu, dan bagi hambaKu adalah apa yang dimohonnya “. ( Muslim dan Abu ‘Uwanah, dan Malik ).

Nampak sekali bahwa makna-makna setiap ayat Al Fatihah pada hadits tersebut sama sekali tidak sejalan atau tidak mencerminkan penafsiran point kedua tersebut di atas.
Demikian juga halnya dengan point ketiga yang mengatakan bahwa dinamakan As Sab’ul Matsaani karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat, inipun nampaknya perlu dipikirkan kebenarannya, sebab dengan dikatakan demikian maka berarti ayat Qs Al Hijr : 87 tersebut Alloh ciptakan dengan dasar referensi amalan Nabi dan umatnya atau penamaan Al Fatihah dengan As Sab’ul Matsani tersebut mengikuti amalan Nabi dan umatnya yakni shalat, dengan kata lain ayat tersebut Alloh ciptakan setelah Nabi dan umatnya selalu melaksanakan shalat. Ini berbanding terbalik dengan yang semestinya terjadi yakni Alloh Swt menurunkan ayat kemudian Rosululloh Saw dan umat mengamalkannya.

Jika penafsiran-penafsiran di atas memang keliru, lalu apa makna-makna yang di maksud Rosululloh Saw. dengan penamaan-panamaan lain dari Al Fatihah tersebut. Dalam hal ini, menurut pengamatan penulis, ketiga penamaan Al Fatihah, Ummul Qur’an atau Ummul Kitab, dan As Sab’ul Matsani tersebut memiliki makna satu ( 1 ) maksud dan tujuan yakni kewajiban membaca surat Al Fatihah tersebut bagi umat sebelum membaca, mendengarkan atau mempelajari Al Qur’an ( surat-surat lain selain Al Fatihah dalam Kitab Al Qur’an ) dengan penafsiran-penafsiran sebagai berikut ;

Dikatakan Al Fatihah ( Pembukaan ), jelas sekali maksud dan tujuannya bahwa setiap kali kita membuka Kitab Al Qur’an untuk membacanya, mempelajarinya, bahkan untuk mendengarkannya kita harus membuka surat Al Fatihah tersebut untuk dibacanya pula tentunya.

Dikatakan Ummul Qur’an ( Induk Al Qur’an ) atau Ummul Kitab ( Induk Al Kitab ) maksudnya bahwa Al Fatihah ini memiliki peran sebagai induknya dan Al Qur’an ( Qs Al Baqarah – Qs An Naas ) adalah sebagai anaknya. Anak selalu mengikuti induknya kemana ia pergi, jika induk masuk maka anak pun masuk, jika induk keluar maka anak pun keluar, jadi anak itu sangat tergantung pada induknya. Hubungan seperti itu juga antara Al Fatihah dengan Al Qur’an ( Qs Al Baqarah – An Naas ), untuk itu kita lihat dulu ayat-ayat Al Qur’an di bawah ini ;

( Qs Al Fatihah, sebagai Induknya )

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,

Yang menguasai hari pembalasan.

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Tunjukilah kami jalan yang lurus,

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.


( Al Qur’an, Sebagai anaknya ) ;
Alif Laam Miim.

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, ( Qs Al Baqarah : 1, 2 )

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, ( Qs Al Baqarah : 26 )


Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. ( Qs Ali Imran : 7 )


Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. ( Qs Al An’ aam : 126 )

Dengan memperhatikan ayat-ayat di atas maka hubungan Induk dan anak dari Al Fatihah dan Al Qur’an ( Qs Al Baqarah – Qs An Naas ) tersebut adalah sebagai berikut;

Pada saat kita membuka Al Qur’an untuk membaca atau mempelajarinya, lalu apakah Al Qur’an tersebut akan menjadi petunjuk atau tidak atau bahkan akan menyesatkan, maka itu akan tergantung kepada bagai mana kita dalam membaca Al Fatihahnya. Bagaimana kita bersungguh-sungguh atau tidak dalam mengucapkan “ Ihdinas siraathal mustaqiim “ artinya “ Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus “, lalu kemudian apakah Alloh Swt mengabulkan do’a Al Fatihah tersebut atau tidak . Jika Al Fatihahnya ( induknya ) diterima atau di qobul maka Al Qur’an ( anaknya ) akan menjadi petunjuk bagi kita, jika tidak di qobul Al Fatihahnya atau bahkan tidak membaca Al Fatihah bisa jadi ayat-ayat Al Qur’an tersebut tidak menjadi petunjuk yang benar atau tidak menjadi jalan yang lurus bagi kita, bahkan bisa jadi ayat-ayat mutasyaabihaat atau ayat-ayat perumpamaan dan ayat-ayat lain akan menyesatkan kita, naudzu billah. Dengan demikian membaca Al Fatihah sebelum membaca, mempelajari atau mendengarkan Al Qur’an menjadi wajib, walluho a’lam.

- Kemudian Al Fatihah ini dikatakan juga sebagai As Sab’ul Matsaani ( Tujuh ayat yang diulang-ulang ). Kita lihat hadits dan ayatnya;

Rosululloh Saw. bersabda “ Belum pernah Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia menurunkan di dalam At Taurat dan tidak pula di dalam Al Injil semacam Ummu’l Qur’an, yaitu As Sab’u’l Matsani ( tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ) dan Al Qur’anu’l ‘Azhim ( Al Qur’an yang agung ) yang diberikan kepadaku. ( An Nasa’I dan Al Hakim serta dishahihkan dan disepakati oleh Adz Dzahabi ).

“ Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur'an yang agung “. ( Qs Al Hijr : 87 )
CATATAN: Ayat inipun mengisyaratkan perbedaan Al Fatihah dan Al Quran ( surat Al Baqarah hingga surat Annas )

Rosululloh Saw bersabda kepada Ibnu Amr,“ Bacalah Al Qur’an di dalam setiap bulan “ Ibnu Amr berkata “ Aku mengataklan bahwa aku mempunyai kekuatan “ Beliau bersabda. “ Bacalah ia ( Al Qur’an ) di dalam dua puluh malam “ Ibnu Amr berkata “ Aku mengataklan bahwa aku mempunyai kekuatan “ Beliau bersabda. “ Bacalah ia ( Al Qur’an ) di dalam tujuh malam dan jangan lebih sedikit dari pada itu“. ( HR Bukhari & Muslim ).

Dari keterangan di atas Rosululloh Saw. menganjurkan agar membaca Al Qur’an itu dalam satu bulan tamat. Dengan membaca Al Fatihah pada saat membuka kitab Al Qur’an dan pada setiap membuka kitab untuk melanjutkan bacaan ayat atau surat berikutnya hingga tamat, maka tatkala Al Qur’an ( Qs Al Baqarah – Qs An Naas ) terbaca satu kali, Al Fatihah dibaca berulang-ulang, dengan jumlah pengulangan tergantung berapa ayat atau berapa surat dalam sekali baca, atau Al Qur'an tersebut terbaca hingga tamat berapa kali bukaan Kitab Al Qur'an. wallohu ‘alam.
Jadi, kewajiban baca Al Fatihah sebelum membaca, mempelajari dan sebelum mendengarkan Al Qur’an itu Rosululloh Saw. aplikasikan pada setiap shalat. Wallohu ‘alam.

KATA MUTIARA

TIDAK USAH MERASA KECEWA ATAS KEGAGALAN HASIL KERJA KERAS KITA, AKAN TETAPI PERLU MEMBAYANGKAN KEKECEWAAN DI MASA MENDATANG KARENA KELALAIAN KITA SENDIRI SAAT INI.

  -->
Kemanapun anda mencari kebahagiaan anda  tidak akan menemukannya, tapi jika anda pandai menciptakan kebahagiaan, maka dimanapun anda bisa mendapatkannya 


Kegembiraan dan sukaria yang berkesinambungan adalah indikasi kebahagiaan, tapi kegembiraan dan kesukariaan yang berlebihan adalah suatu kegilaan