Translate

Saturday 24 April 2010

Makna-makna Al Fatihah


Dengan banyaknya perbedaan pendapat diantara umat Islam saya terusik untuk berusaha mengkaji ajaran Islam sendiri tanpa dipengaruhi pendapat siapapun, inilah sebagian hasil kajian saya yang terangkum dalam buku kumpulan hasil kajian yang berjudul " idjtihad upaya mencari kebenaran dari perbedaan pendapat"

Makna nama-nama Al Fatihah

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Al Fatihah memiliki lebih dari satu nama. Nama-nama lain dari Al Fatihah tersebut yaitu Ummul Qur’an atau Ummul kitab yang artinya Induknya Al Qur’an atau Induknya Al Kitab dan As Sab’ul Matsaani ( Tujuh ayat yang di ulang-ulang ). Penamaan surat tersebut tentunya mengandung makna, maksud, dan tujuan tertentu.
Jika kita baca keterangan tentang hal tersebut pada kitab Al Qur’an Terjemaah yang dikeluarkan Departemen Agama RI terbitan Toha Putra, dalam muqadimah Al Fatihah terdapat keterangan sebagai berikut:
- Disebut Al Fatihah karena dengan surat inilah Kitab Al Qur’an dibuka dan dimulai.
- Dikatakan Ummul Qur’an atau Ummul Kitab karena ia merupakan Induk bagi semua isi Al Qur’an serta menjadi inti sari dari kandungan Al Qur’an.
- Dikatakan As Sab’ul Matsaani karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat. ( Qs Al Hijr : 87 “ Dan sesungguhnya kami teleh berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ( Al Fatihah ) dan Al Qur’an yang agung.” )
-
Penulis ingin mengajak pembaca untuk mengkaji ulang penafsiran-penafsiran tersebut dengan membandingkannya dengan keterangan-keterangan lain. Untuk point pertama bahwa dikatakan Al Fatihah karena dengan surat tersebut dibuka dan dimulainya Kitab Al Qur’an, itu tidak masalah karena amat gampang dipahami dengan melihat langsung wujud Al Kitab itu sendiri.
Namun kemudian pada point ke dua, bahwa dikatakan Ummul Qur’an atau Ummul Kitab karena ia merupakan induk bagi semua isi Al Qur’an serta menjadi intisari dari kandungan Al Qur’an, ini agak sulit dipahami. Misalkan ada pertanyaan, masalah hukum-hukum waris disarikan di ayat Al Fatihah yang mana ?, masalah hukum pernikahan disarikan di ayat Al Fatihah yang mana ?, hukum jual beli disarikan di ayat Al Fatihah yang mana ?, dan lain-lain. Semantara itu Rosululloh Saw. menjelaskan makna Al Fatihah itu sebagai puja, puji, dan do’a kepada Alloh Swt. sebagai mana sabdanya sbb:

“ Alloh yang bertambah-tambah berkahNya dan ketinggianNya berfirman, “ Shalat itu dibagi antara Aku dan hambaKu menjadi dua bagian, satu bagian untuk Ku dan satu bagian untuk hambaKu. Yang untuk hambaKu adalah sesuai dengan apa yang diminta. “ Berkata hamba, “ Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin”. Alloh berfirman ( manjawab ), “ Telah memuji Aku hambaKu “, hamba berkata, “ Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang “, Alloh berfirman, “ Hambaku telah memujaKu “. Hamba berkata,” Yang menguasai hari pembalasan “, Alloh brfirman, “ HambaKu telah memuliakan Aku “. Hamba berkata,” Hanya kepadaMulah kami beribadah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan “, Alloh berfirman, “ Ini adalah antara Aku dan hambaKu, dan bagi hambaku apa yang dimohonkannya “. Hamba berkata, “ Tunjukilah kami ke jalan yang lurus ( yaitu ) jalannya orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan ( pula jalan ) mereka yang sesat “, Alloh berfirman,” Semua itu adalah bagi hambaKu, dan bagi hambaKu adalah apa yang dimohonnya “. ( Muslim dan Abu ‘Uwanah, dan Malik ).

Nampak sekali bahwa makna-makna setiap ayat Al Fatihah pada hadits tersebut sama sekali tidak sejalan atau tidak mencerminkan penafsiran point kedua tersebut di atas.
Demikian juga halnya dengan point ketiga yang mengatakan bahwa dinamakan As Sab’ul Matsaani karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat, inipun nampaknya perlu dipikirkan kebenarannya, sebab dengan dikatakan demikian maka berarti ayat Qs Al Hijr : 87 tersebut Alloh ciptakan dengan dasar referensi amalan Nabi dan umatnya atau penamaan Al Fatihah dengan As Sab’ul Matsani tersebut mengikuti amalan Nabi dan umatnya yakni shalat, dengan kata lain ayat tersebut Alloh ciptakan setelah Nabi dan umatnya selalu melaksanakan shalat. Ini berbanding terbalik dengan yang semestinya terjadi yakni Alloh Swt menurunkan ayat kemudian Rosululloh Saw dan umat mengamalkannya.

Jika penafsiran-penafsiran di atas memang keliru, lalu apa makna-makna yang di maksud Rosululloh Saw. dengan penamaan-panamaan lain dari Al Fatihah tersebut. Dalam hal ini, menurut pengamatan penulis, ketiga penamaan Al Fatihah, Ummul Qur’an atau Ummul Kitab, dan As Sab’ul Matsani tersebut memiliki makna satu ( 1 ) maksud dan tujuan yakni kewajiban membaca surat Al Fatihah tersebut bagi umat sebelum membaca, mendengarkan atau mempelajari Al Qur’an ( surat-surat lain selain Al Fatihah dalam Kitab Al Qur’an ) dengan penafsiran-penafsiran sebagai berikut ;

Dikatakan Al Fatihah ( Pembukaan ), jelas sekali maksud dan tujuannya bahwa setiap kali kita membuka Kitab Al Qur’an untuk membacanya, mempelajarinya, bahkan untuk mendengarkannya kita harus membuka surat Al Fatihah tersebut untuk dibacanya pula tentunya.

Dikatakan Ummul Qur’an ( Induk Al Qur’an ) atau Ummul Kitab ( Induk Al Kitab ) maksudnya bahwa Al Fatihah ini memiliki peran sebagai induknya dan Al Qur’an ( Qs Al Baqarah – Qs An Naas ) adalah sebagai anaknya. Anak selalu mengikuti induknya kemana ia pergi, jika induk masuk maka anak pun masuk, jika induk keluar maka anak pun keluar, jadi anak itu sangat tergantung pada induknya. Hubungan seperti itu juga antara Al Fatihah dengan Al Qur’an ( Qs Al Baqarah – An Naas ), untuk itu kita lihat dulu ayat-ayat Al Qur’an di bawah ini ;

( Qs Al Fatihah, sebagai Induknya )

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,

Yang menguasai hari pembalasan.

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Tunjukilah kami jalan yang lurus,

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.


( Al Qur’an, Sebagai anaknya ) ;
Alif Laam Miim.

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, ( Qs Al Baqarah : 1, 2 )

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, ( Qs Al Baqarah : 26 )


Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. ( Qs Ali Imran : 7 )


Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. ( Qs Al An’ aam : 126 )

Dengan memperhatikan ayat-ayat di atas maka hubungan Induk dan anak dari Al Fatihah dan Al Qur’an ( Qs Al Baqarah – Qs An Naas ) tersebut adalah sebagai berikut;

Pada saat kita membuka Al Qur’an untuk membaca atau mempelajarinya, lalu apakah Al Qur’an tersebut akan menjadi petunjuk atau tidak atau bahkan akan menyesatkan, maka itu akan tergantung kepada bagai mana kita dalam membaca Al Fatihahnya. Bagaimana kita bersungguh-sungguh atau tidak dalam mengucapkan “ Ihdinas siraathal mustaqiim “ artinya “ Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus “, lalu kemudian apakah Alloh Swt mengabulkan do’a Al Fatihah tersebut atau tidak . Jika Al Fatihahnya ( induknya ) diterima atau di qobul maka Al Qur’an ( anaknya ) akan menjadi petunjuk bagi kita, jika tidak di qobul Al Fatihahnya atau bahkan tidak membaca Al Fatihah bisa jadi ayat-ayat Al Qur’an tersebut tidak menjadi petunjuk yang benar atau tidak menjadi jalan yang lurus bagi kita, bahkan bisa jadi ayat-ayat mutasyaabihaat atau ayat-ayat perumpamaan dan ayat-ayat lain akan menyesatkan kita, naudzu billah. Dengan demikian membaca Al Fatihah sebelum membaca, mempelajari atau mendengarkan Al Qur’an menjadi wajib, walluho a’lam.

- Kemudian Al Fatihah ini dikatakan juga sebagai As Sab’ul Matsaani ( Tujuh ayat yang diulang-ulang ). Kita lihat hadits dan ayatnya;

Rosululloh Saw. bersabda “ Belum pernah Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia menurunkan di dalam At Taurat dan tidak pula di dalam Al Injil semacam Ummu’l Qur’an, yaitu As Sab’u’l Matsani ( tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ) dan Al Qur’anu’l ‘Azhim ( Al Qur’an yang agung ) yang diberikan kepadaku. ( An Nasa’I dan Al Hakim serta dishahihkan dan disepakati oleh Adz Dzahabi ).

“ Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur'an yang agung “. ( Qs Al Hijr : 87 )
CATATAN: Ayat inipun mengisyaratkan perbedaan Al Fatihah dan Al Quran ( surat Al Baqarah hingga surat Annas )

Rosululloh Saw bersabda kepada Ibnu Amr,“ Bacalah Al Qur’an di dalam setiap bulan “ Ibnu Amr berkata “ Aku mengataklan bahwa aku mempunyai kekuatan “ Beliau bersabda. “ Bacalah ia ( Al Qur’an ) di dalam dua puluh malam “ Ibnu Amr berkata “ Aku mengataklan bahwa aku mempunyai kekuatan “ Beliau bersabda. “ Bacalah ia ( Al Qur’an ) di dalam tujuh malam dan jangan lebih sedikit dari pada itu“. ( HR Bukhari & Muslim ).

Dari keterangan di atas Rosululloh Saw. menganjurkan agar membaca Al Qur’an itu dalam satu bulan tamat. Dengan membaca Al Fatihah pada saat membuka kitab Al Qur’an dan pada setiap membuka kitab untuk melanjutkan bacaan ayat atau surat berikutnya hingga tamat, maka tatkala Al Qur’an ( Qs Al Baqarah – Qs An Naas ) terbaca satu kali, Al Fatihah dibaca berulang-ulang, dengan jumlah pengulangan tergantung berapa ayat atau berapa surat dalam sekali baca, atau Al Qur'an tersebut terbaca hingga tamat berapa kali bukaan Kitab Al Qur'an. wallohu ‘alam.
Jadi, kewajiban baca Al Fatihah sebelum membaca, mempelajari dan sebelum mendengarkan Al Qur’an itu Rosululloh Saw. aplikasikan pada setiap shalat. Wallohu ‘alam.

2 comments:

toyib said...

Al-Fatihah ada tujah ayat,ayat satu sampai lima menggambarkan pengakuan kita sebagai hambanya pada sang pen
cipta. ayat 6 dan 7. berbunyi:
Tunjukilah kami jalan yang lurus
(yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau
beri nikmat kepadanya.
Pertanyaan : siapa orangnya yang te -
lah diberi nikmat atau yang telah me-
nerima nikmat Alloh ?, itu saja masalahnya.Dan harus dicari dari su
rah Al-Baqarah samapi An-Anas.con-
toh yang telah diberi nikmat seper
ti disurah Al-Ma'idah ayat 110,ber
bunyi, Dan ingatlah,ketika Allah berfirman.Wahai ISA putra Maryam !
Ingatlah NIKMAT -KU kepada mu. dan seterusnya.

Entis Sutrisna.tasikmalaya ( esutrisna65@gmail.com ) said...

Jalan yang lurus ada dalam Al Qur'an, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa siapapun yang mengikuti jalan yang lurus itu Alloh Swt menjaminnya akan mendapatkan kenikmatan di dunia ataupun di akhirat, wallohu'alam'''''