Translate

Wednesday 29 March 2017

BERMAZHAB haruskah ?

Mempelajari ISLAM dan hukum-hukumnya sebenarnya merupakan perkara yang rumit dan sulit, oleh karena itu para ulama berupaya keras untuk menyederhanakan pemahamannya, dan oleh karena itu pula umat Islam dan para ustadz mengharuskan agar mempelajari ISLAM itu berguru kepada para ulama dan bermazhab, dengan alasan agar mendapatkan ilmu yang sanadnya bersambung kepada Nabi. Bahkan sampai-sampai melarang mengambil kesimpulan atau menafsirkan sendiri Al Qur'an dan hadits yang dibacanya.

Berguru kepada ulama dan bermazhab tentunya langkah yang benar, karena pada dasarnya kita semua belajar kepada ulama dan bermazhab, akan tetapi bermazhab itu ada kiat-kiatnya agar tidak terjebak kepada taqlid dan aliran sesat. Kiatnya adalah bergurulah kepada lebih dari satu guru atau ulama dan pelajari perbedaan-2 paham para ulama ataupun para imam mazhab itu lalu kaji dengan referensi Al Qur'an dan hadits. Karena ciri dari ilmu yang sanadnya bersambung kepada Nabi adalah tidak terdapat pertentangan dengan ayat Al Qur'an ataupun dengan hadits sahih. Al Qur'an dan Hadits sahih adalah dua sumber ilmu yang disampaikan ulama dengan sanad bersambung kepada nabi. Jadi jangan menganggap bahwa ilmu yang kita dapatkan itu bersanad nyambung kepada nabi jika kita tidak tahu hadits sahih atau ayat Al Qur'an yang mana yang menjadi dasar ilmu tersebut.

Sementara melarang memahami sendiri Al Qur'an dan hadits adalah kekeliruan yang fatal, karena bertentangan dengan Al Qur'an dan hadits
Banyak ayat Al Qur'an yang mengisyaratkan agar mengambil pelajaran dari padanya, Al Qur'an adalah petunjuk, pelajaran, peringatan bagi manusia. Maka pelajari Al Qur'an dan hadits. Jika merasa mendapatkan pemahaman yang berbeda, diskusikan dan kaji agar perbedaan paham itu menjadi rahmat. Dengan demikian umat tidak dan jangan awam selamanya terhadap Islam.

Hadits riwayat Ali ra, ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Al Qur'an, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)

Kurang-lebih Maksudnya begini, di akhir zaman akan muncul kaum muda yang bodoh, tapi sok pintar dengan menggunakan kata-kata dari orang2 tokoh hebat dan terkenal ( bergelar ulama atau bukan ulama ) yang kata-kata nya bukan dari Al Qur'an dan hadits. Mereka membaca Al Qur'an hanya di mulut saja, tidak sampai ke hati dan pikirannya, sehingga tidak menyadari apabila kata2 tokoh hebat itu bertentangan dengan Al Qur'an  dan hadits dan akhirnya  menggelincirkannya keluar dari Islam.

Demi mencari kebenaran, saya coba komentari kata2 yang diambil dari blog berikut


Yang ngotot ke Al Qur’an dan Hadits tapi meninggalkan Jumhur Ulama, itu adalah Khawarij. Sesat.
Jadi kalau ada manusia akhir zaman yang cuma dapat sisa-sisa hadits yang jumlahnya kurang dari 100 ribu hadits mengaku sholatnya lebih mirip Nabi ketimbang para Imam Mazhab, ini bohong belaka.

Kalau ada yang modal Al Qur’an terjemahan dan Juz Amma saja tidak hafal tapi belagak jadi Mujtahid yang lebih hebat dari Imam Mazhab, ini ibarat katak hendak jadi lembu.

Pendapat saya begini;
Ketika ada yang mengemukakan ajaran menyangkut Al Qur'an  dan hadits sahih, jangan pandang bagaimana orangnya, karena perintah Alloh Swt. Jika dibacakan Al Qur'an maka diam dan perhatikan. Jadi silahkan perhatikan dan kaji, lalu komentari ajarannya apakah benar atau salah. Tentunya dengan argumen serta ayat Al Qur'an dan hadits yang jelas.
Perbedaan tata cara dan menentukan benar salahnya solat, tidak perlu  temuan  kajian ratusan atau ribuan hadits, temuan kajian satu hadits atau satu ayat Al Qur'an saja bisa merombak cara solat secara drastis.
Manakala ditemukan kekeliruan hasil idztihad seseorang maka itu tidak berarti mujtahid tersebut jadi terhina dan berdosa, beliau tetap tinggi derajatnya dan tetap berpahala disisi Alloh Swt. selama niat idztihadnya untuk mengungkap kebenaran Islam karena Alloh. Tapi orang yang mangikuti kesalahannya padahal ada potensi untuk mengkajinya, maka ia berdosa. 
Wallahu'alam.
Semoga bermanfaat.

No comments: