Translate

Thursday 1 December 2016

INDONESIA KUALITAS DEMOKRASI TERBAIK DI ASEAN ?

                                                              
Jakarta, Obsessionnews – Indonesia merupakan negara dengan kualitas demokrasi terbaik di ASEAN, bahkan di tingkat dunia pun diakui, ini menjadi pembeda utama Indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Hal itu disampaikan pengamat politik senior, Fachry Ali dalam pertemuan nasional Relawan Komunitas Peduli ASEAN (KAPAS), di Ruang Nusantara, Kementerian Luar Negeri, Sabtu (30/4/2016). Menurut pria asal Aceh ini, demokrasi yang dirasakan masyarakat Indonesia tidak dirasakan masyarakat negara ASEAN lain nya. Sebab itu pemerintah dan masyarakat tidak terlalu kaget dengan perkembangan internet dan media sosial yang melahirkan otonomi individual. Dst…

Nampaknya pernyataan tersebut hanya ingin mengungkapkan bahwa system demokrasi kita sudah bagus dan berkualitas, dan seolah-olah bangsa Indonesia patut bangga dengan predikat tersebut.  Sebenarnya bukan hanya beliau yang mengatakan seperti itu , sekian banyak orang berpendapat demikian.

Sebagai umat Islam rasanya harus hati-hati dengan ajaran, aturan atau system yang datang dari luar Islam, karena sejarah mencatat bahwa Islam hadir untuk merubah ajaran, aturan atau system orang-orang jahiliyah menjadi lebih baik. Nampaknya yang dimaksudkan “ kualitas demokrasi terbaik di ASEAN ” itu adalah dalam hal pemilihan kepala pemerintahan dan wakil rakyat secara langsung oleh rakyat.

Pelaksanaan system demokrasi tersebut adalah suatu proses yang tujuannya untuk memilih dan menghasilkan para pemimpin dan para wakil rakyat sebagai produknya.
Menilai kualitas suatu proses tentu ada kriterianya. Saya kira secara umum dan awam, kualitas suatu proses adalah sbb:
1. Ongkos proses murah.
2. Pelaksanaan proses mudah, cepat, dan aman.
3. Hasilnya bermutu tinggi dan presisi atau akurat.

Setuju tidak nih dengan kriteria tersebut ? jika setuju coba tuh cocokkan dengan pemilihan kepala pemerintahan dan wakil rakyat secara langsung oleh rakyat. Tidak ada yang cocok bukan? Biaya pemilu mahal, pelaksanaan rumit, ricuh dimana-mana, hasilnya banyak dimahkamah konstitusikan, saling curang, dll. Bagaimana hasilnya akan akurat dan bermutu jika pelaksanaan prosesnya dilakukan oleh orang-orang yang dibodohi, tidak memiliki informasi yang benar, yang mendapat informasi palsu, ditipu-tipu uang suara dan pencitraan. Terus dikatakan berkualitas apanyaa?

Dengan system dan kondisi demikian, sangat mungkin dihasilkan seorang pemimpin yang cinta Indonesia karena kekayaannya tapi rasis terhadap bangsa pribumi. Karena itu usulan bagus partai PPP mengembalikan UU syarat menjadi presiden dan wakilnya harus WNI Asli itu sangat rasional sebagai keterwakilan yang proporsional bagi warga mayoritas dan pemilik negeri ini. Namun sayang, berpartainya juga adalah bagian dari system demokrasi yang nyata dzalimnya dengan memecah belah/ mencerai beraikan perjuangan umat. 


Dengan system dan kondisi demikian juga, sangat mungkin dihasilkan / terpilih orang-orang yang kurang mampu sementara orang  genius tersisihkan.  Nyatanya frof BJ Habibie yang genius dan sangat pengalaman dalam pemerintahan tidak pernah dimunculkan setelah dikata-katai tidak becus oleh orang yang mungkin level kecerdasannya jauh dibawah beliau. Kualat bangsa ini karena sejak dulu selalu membunuh karakter orang-orang cerdas seperti beliau.

Sebuah filosofi keselamatan penerbangan memperingatkan begini “ Jika sesuatu hal mungkin terjadi maka suatu saat hal itu akan terjadi “. Maka, jika kemungkinan tersebut di atas tidak ingin terjadi kemungkinan tersebut harus dihilangkan.
Mari kita perhatikan system yang disyari’atkan dalam Islam di mana dalam penyelesaian urusan untuk orang banyak diharuskan bermusyawarah dan mufakat.

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka". ( Asy Syuura: 38 )

Coba bayangkan jika anggota dewannya terdiri dari orang-orang yang cerdas, moralnya baik ( shaleh/ah ), sabar dan ikhlas. Kemudian mereka meneliti, menguji dan bermusyawarah memilih calon presiden dan wakilnya. Kira-kira begaimana kualitasnya ?


Para tokoh bangsa dan  ulama dahulu telah menyusun dasar negara untuk membangun system demokrasi tersebut sesuai dengan Al Qur’an, dan dicantumkan pada Pancasila sila ke 4, kenapa dikhianati ?


Apa mungkin tingkat kecerdasan bangsa pribumi sekarang tidak lebih bagus dari kecerdasan para tokoh dan ulama jaman dahulu, sementara pengetahuannya bertambah?.
 
Kiranya harus hati-hati dengan pemahaman-pemahaman keliru, misalnya ada anggapan bahwa itu adalah langkah mundur, lalu tertegun merasa salah. Tidak masalah, dari pada maju masuk jurang, apalagi terus ke neraka. Maka, mundur jauh lebih baik.
Kemudian ada anggapan bahwa tanpa partai, Pemerintahan tidak akan jalan. Kalau bodoh iya. Tapi kalau orang-orang cerdas di MPR menata system baru yang lebih baik tidaklah demikian, sebab ternyata puluhan tahun berpartai malah menyuburkan korupsi dan menuai konflik-konflik.
Saya punya pemikiran bahwa para calon wakil rakyat dan calon pemimpin itu merupakan orang-orang cerdas sebagai perwakilan yang telah diseleksi dan diuji kecerdasan dan kemampuannya di setiap daerah/propinsi, dan perwakilan setiap agama secara proporsional. Dengan demikian, tidak terdapat lagi konsentrasi kekuatan-kekuatan massa yang saling bersaing yang berpotensi timbulnya benturan-benturan kepentingan dan menumbuhkan konflik-konflik. Jika yang diharapkan kedamaian kenapa diciptakan potensi konflik?, tidak masuk akal banget.



Kemudian ada komentar bahwa jika pemilihan pemimpin dilakukan oleh MPR katanya merampas hak rakyat. Lho, kan hak dan kewajiban warga negara diatur oleh Negara/undang-undang. Kalau rakyat diberi hak oleh Negara, maka rakyat punya hak. Jika tidak diberi hak oleh Negara, ya rakyat tidak punya hak.

Lalu ada anggapan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan, uuih, Apa iya? Sembarangan, saya harap ada orang yang mau membuktikan tuh. Caranya gampang, coba tanya tuh pak Tuhan itu, jangan-jangan beliau golput, dan yang nyoblos malah pak Saithon, maka suara rakyat adalah…. kek..kek.. kek..

Mohon maaf pak Tuhan dan pak Saithon, intermezzo nih.

Jadi, saya titip pesan kepada para politisi dan para ulama bangsa pribumi bahwa kita PERLU MEMBAYANGKAN KEKECEWAAN DI MASA MENDATANG KARENA KELALAIAN KITA SENDIRI SAAT INI.

Wallohu'alam

semoga bermanfaat

No comments: